Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menerbitkan buku "Menyingkap Tabir Seluk Beluk Pengawasan Bank" sebagai upaya mendidik masyarakat mengenai sistem pengawasan bank, demikian Biro Hubungan Masyarakat BI, dalam siaran persnya, Rabu.

Biro menyebut buku ini memaparkan secara ringkas praktik pengawasan bank yang dilakukan bank sentral dan mengajak masyarakat melihat secara lebih obyektif praktik pengawasan bank.

BI berkilah buku ini bukan pembelaan lembaga itu atas kisruh kasus Bank Century, tetapi ingin menunjukkan bahwa pengawasan bank itu tidak sesederhana dibayangkan banyak orang.

Ketika sebuah bank bermasalah masuk pengawasan khusus BI hingga ditetapkan sebagai bank gagal seperti terjadi pada Bank Century (20 Nopember 2008), publik dalam negeri segera menuding pengawasan bank oleh BI sebagai biang kerok.

Padahal kalau diteliti dengan tenang dan cermat, bank itu bermasalah karena ada mismanajemen di internalnya, selain oleh tindakan-tindakan kecurangan (fraud) yang dilakukan pemegang saham dengan melibatkan manajemen bank.

Dalam benak publik, petugas Pengawas Bank mesti berperan seperti malaikat yang serba memiliki info terkait bank yang diawasi, padahal, Pengawas Bank tidak terus-terusan berada di bank yang diawasi.

Dalam kondisi serba minim informasi tentang pengawasan bank, adalah wajar bila tiba-tiba muncul berita besar bahwa Bank Century ditetapkan menjadi bank gagal yang berdampak sistemik, opini miring tentang pengawasan bank pun seketika imencuat.

"BI tidak becus mengawasi bank!" Itulah sebagian nukilan lontaran komentar publik.

Padahal bila mau lebih jernih melihat data dan informasi, dari 125 bank yang diawasi BI, selama tahun 2008 hanya ada dua bank yang dinyatakan gagal.

Meski proses perbaikan kualitas pengawasan dilakukan, BI dan juga bank sentral atau pengawas bank dimanapun, tidak bisa menjamin sepenuhnya bahwa bank tidak bisa gagal. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010