Semarang (ANTARA News) - Pengonsumsian pil Keluarga Berencana (KB) yang merupakan salah satu upaya mengatur kelahiran, ternyata berisiko meningkatkan kadar kekentalan darah dan memicu terjadinya trombosis, yakni pembekuan darah pada pembuluh.

"Studi menunjukkan adanya hubungan antara pil KB dengan peningkatan risiko trombosis," kata Kepala Sub Bagian Hematologi-Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang/RSUP dr. Kariadi Semarang, dr. Chatarina Suharti, Rabu.

Menurut dia, pil KB yang merupakan obat kontrasepsi oral tersebut terdiri atas kombinasi estrogen dan progesteron yang menyebabkan terjadinya pengentalan darah.

"Risiko trombosis akibat penggunaan pil KB yang sering terjadi adalah trombosis vena dalam, emboli paru, dan stroke, terutama bagi mereka yang memiliki keluhan migren. Hal ini didukung juga dengan studi penggunaan estrogen dosis tinggi," katanya.

Ia mengatakan, sebenarnya generasi pil KB ada tiga. Pil KB generasi kedua tergolong lebih aman dibandingkan dengan dua generasi lainnya, sebab mengandung estrogen dengan dosis yang lebih rendah.

"Meskipun terjadi penurunan risiko trombosis, risiko itu masih tetap ada, sedangkan pil generasi ketiga yang berisi progestin lebih baru justru memiliki risiko trombosis lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya," katanya.

Menurut dia, trombosis perlu diwaspadai karena hasil studi epidemiologi di negara maju menunjukkan angka kasus trombosis terjadi pada 100 orang untuk setiap 100.000 penduduk.

"Komplikasi yang paling menakutkan dari trombosis adalah emboli paru, sebab sekitar 40-50 persen penderita mempunyai komplikasi emboli paru yang tidak terdeteksi," katanya.

Ia menyebutkan, sekitar 1-8 persen penderita emboli paru akan meninggal akibat komplikasi tersebut, namun hal itu justru baru diketahui setelah dilakukan otopsi.

"Trombosis vena memiliki gejala pembengkakan tungkai, nyeri bagian perabaan, dan warna kulit agak kemerahan, sedangkan gejala trombosis emboli paru adalah sesak nafas, nyeri dada, batuk berdarah, dan jatuh pingsan tiba-tiba," katanya.

Selain akibat konsumsi pil KB, kata dia, trombosis dipicu pula oleh beberapa faktor, antara lain gaya hidup yang tidak sehat, merokok, kurang bergerak, dan perjalanan jauh dengan waktu lebih dari delapan jam naik pesawat atau mobil.

"Dehidrasi, kehamilan, kelumpuhan, dan pasien yang sakit berat sehingga harus berbaring total selama berhari-hari di rumah sakit juga dapat menjadi pemicu terjadinya trombosis," kata Chatarina.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010