Padang (ANTARA News) - Pemerintah Kota Padang merencanakan membangun terminal angkutan kota (angkot) dibawah gedung Sentral Pasar Raya (SPR) Jalam M Yamin Padang dalam kawasan Pasar Raya.

Dalam rancangan pembangunan kembali SPR akan dibangun terminal angkot pada lantai dasar pusat perdagangan tersebut, kata Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Padang, Indra Catri di Padang, Rabu.

Hal itu disampaikannya dalam rapat kerja dengan Panitia Khusus (Pansus) DPRD Padang tentang relokasi pasar dan terminal serta bantuan gempa.

Bangunan SPR salah satu pusat perdagangan di Pasar Raya Padang yang rusak berat akibat guncangan gempa 7,9 SR yang terjadi di daerah ini 30 September 2009.

Ia menyebutkan, Pemko akan membangun kembali SPR dan diperkirakan siap dalam 18 bulan.

Dengan dibangunanya terminal angkot, maka pondasi gedung SPR dalam rancangannya menggunakan konstruksi yang kuat, tambahnya.

Ia mengatakan, dibangunnya kembali SPR, karena bangunan tersebut adalah salah satu lokomotif ekonomi Kota Padang. Selain itu, masih adanya kredit pihak dari pihak SPR terhadap bank.

Kemudian, kredit para pemilik toko di pusat perdagangan tersebut kepada pengelola SPR juga masih ada dengan tenggang waktu penyelesaian hingga 25 tahun, tambahnya.

Indra menyebutkan, terkait rencana pembangunan itu, pihak pengelola SPR akan melakukan presentasi pada Jumat (29/1) mengenai soal rancangan bangunan SPR yang baru.

Dalam pembangunan ini, pihak pengelola SPR diberikan kewenangan untuk merancang dan mendesign bangunan baru pusat perdagangan tersebut, katanya.

Pembangunan ini tidak boleh dilakukan sembarangan dan menggunakan arsitek yang benar-benar ahli di bidang bangunan khususnya yang terkait dengan gempa, tambah Catri.

Sementara itu, Ketua Pansus DPRD Padang tentang, relokasi pasar, terminal dan bantuan gempa, Januardi Sumka mengatakan, pihaknya mempersilahkan pembangunan kembali SPR dengan syarat tidak merugikan pemerintah daerah dan pemilik toko.

Karena itu, pembangunan kembali SPR harus ada kontrak kerja yang jelas, siapa arsiteknya dan siapa kontraktornya. Sehingga, tidak dibangun asal-asalan karena jika tidak dilakukan profesional dikhawatirkan bangunan itu akan hancur lagi jika terjadi gempa, tambahnya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010