Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan memulai proyek integrasi angkutan kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek dengan busway Februari, mundur dari jadwal yang ditetapkan semula yakni sebelum 100 hari usia pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.

"Program satu tiket KRL-Busway bukan terlambat, sebab konsep dasarnya baru disetujui antara PT KA dengan pengelola Busway, PT Trans Jakarta," kata Sekretaris Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Nugroho Indrio, menjawab pers di Jakarta, Jumat.

Dalam tahap awal akan diujicobakan integrasi KRL Pakuwon dari Bogor dengan busway, dan menyusul selanjutnya KRL dari Bekasi, Depok dan Tangerang.

"Saat ini baru persetujuan pondasi antara kedua operator, berikutnya dikerjakan secara bertahap sesuai dengan kondisinya. Konsep bank yang hendak dipakai sudah disetujui, sekarang tinggal penyesuaian teknis di lapangan," katanya.

Menurut Nugroho, sistem satu tiket KRL-Busway tidak sesederhana kelihatannya, dalam pelaksanaan ternyata rumit.

Berbedanya mesin tiket KRL dengan busway, diperlukan pengaturan lebih lanjut.

Kendala lainnya, perbedaan harga tiket dalam angkutan kereta api antara kelas ekonomi yang seharga Rp1.500 per penumpang dengan KRL AC yang harganya Rp11.000. Itu pun masih dibedakan karena jaraknya.

Sementara tiket busway sama di semua koridor, Rp3.500 per penumpang.

Kata Nugroho, kementerian perhubungan bersama kedua operator masih membicarakan tentang diskon tarif, termasuk kartu berlangganan bagi pengguna jasa KRL dan Busway.

"Tahap awal kartu berlangganan KRL bisa digunakan untuk naik Busway, begitu juga sebaliknya, kartu Busway dapat dipakai naik KRL di stasiun. Selanjutnya mesin kartu harus sama sehingga bisa digunakan KRL dan Busway," demikian Nugroho Indrio.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010