Yerusalem (ANTARA News/AFP) - Israel meningkatkan pengamanan di perbatasan dan kedutaan besarnya sesudah pembunuhan tokoh pejuang Hamas, yang oleh kelompok Palestina hal itu dilakukan negara Yahudi tersebut, kata radio umum Israel pada Senin.

Mahmoud Mabhuh ditemukan tewas di kamar hotelnya di Dubai pada 20 Januari, sesudah pergi ke sana dari markasnya di Damsyik untuk membeli senjata bagi kelompoknya, yang memerintah Jalur Gaza.

Hamas menyatakan Israel di belakang pembunuhan itu dan pada Senin, sayap bersenjata kelompok itu, yang Mabhuh bantu dirikan pada 1980-an, bersumpah membalas pembunuhan tersebut.

"Musuh Zionis tidak akan luput dari hukuman atas kejahatan kerjaannya, tapi kami akan menentukan jenis hukuman itu pada saat dan tempat yang tepat," kata Abu Obeida, juru bicara kelompok tersebut.

Ia mengisyaratkan bahwa Hamas mungkin mempertimbangkan kembali kebijakannya, yang sudah berlangsung lama, hanya melakukan serangan di Israel, wilayah dudukan Tepi Barat dan Jalur Gaza, yang semua diharapkannya berubah menjadi negara Islam pada suatu saat.

"Pertempuran dengan musuh Zionis di dalam perbatasan bersejarah Palestina, dan penjajah mencoba mengubah aturan main itu. Dia tentu memperkirakan segalanya," katanya.

Media Israel memuji pembunuhan itu, walaupun pemerintah Israel secara resmi belum menanggapinya.

Kepala polisi Dubai mengatakan kepada kantor berita Prancis AFP pada Minggu bahwa pembunuh Mabhuh dapat pihak mana pun, yang memunyai kepentingan atas kematiannya, termasuk badan sandi mancanegara Mossad Israel.

Mabhuh menjadi sasaran serangan Israel akibat perannya dalam menyelundupkan "senjata khusus" ke Jalur Gaza, kata kelompok pejuang garis keras Palestina itu pada Minggu.

Sumber keamanan Israel mengaitkan komandan Hamas itu dengan roket dan senjata lain, yang mencapai Gaza dari Iran.

Polisi di Keamiran Arab Bersatu (UAE) menyatakan mencurigai "gerombolan penjahat" asing sebagai pembunuh Mabhouh, namun tidak mengesampingkan keterlibatan petugas rahasia Israel Mossad.

Jurubicara Hamas Talal Nasser mengatakan kepada surat kabar UAE "The National" bahwa Mabhouh memainkan peran utama dalam pemasokan senjata dan uang kepada rakyat Palestina, termasuk "senjata khusus" untuk tempat asalnya, Gaza, tempat Israel mengobarkan perang setahun lalu.

Sumber dekat dengan Hamas di Gaza mengatakan kepada kantor berita Inggris Reuters, "Saya yakin, masalah penyediaan senjata, yang biasa dilakukannya untuk Hamas dan kelompok perlawanan, menjadi alasan, yang mendalangi penyerangan terhadapnya."

Menurut sumber itu, persenjataan tersebut pada umumnya berasal dari Iran atau Sudan, yang memiliki hubungan dengan kelompok garis keras tersebut.

Nasser menyatakan Mabhuh mudah diserang di Dubai, karena tidak seperti perjalanan lainnya, ia menggunakan paspor dengan nama aslinya dan pergi tanpa pengawal.

Penghancuran roket Hamas dan permintaan bantuan asing untuk menghentikan penyelundupan termasuk alasan Israel dalam perang di Gaza. Mesir sejak itu mulai membangun penghalang untuk menutup terowongan bawah tanah Palestina di perbatasannya dengan Jalur Gaza, yang ditutup.

Hamas dan kelompok pejuang garis keras lain menembakkan ratusan roket ke wilayah Israel selama perang Gaza.

Upaya perdamaian Timur Tengah macet sejak perang itu dan Jalur Gaza masih tetap dikucilkan oleh Israel.(*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010