Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Ekonomi BNI Ryan Kiryanto menilai kebijakan Bank Indonesia (BI) mempertahankan BI rate tetap pada level 6,5 persen sudah tepat karena akan memberikan stimulus agar suku bunga perbankan tidak naik.

"Untuk memberikan stimulus agar suku bunga perbankan tidak bergerak naik dan dapat mendorong sektor riil, langkah Bank Indonesia mempertahankan BI rate 6,5 persen sudah tepat dan logis," katanya di Jakarta, Kamis.

Ia menambahkan, kebijakan BI untuk menahan BI rate pada level 6,5 persen juga untuk meredam tekanan inflasi di bulan-bulan mendatang yang diperkirakan semakin menguat.

"Kondisi makroekonomi yang relatif stabil sehingga perlu didukung dengan suku bunga yang rendah," katanya.

Selain itu, kebijakan tersebut juga sudah tepat karena kondisi nilai tukar rupiah ke depan cukup kuat dan relatif stabil.

Ia mengatakan, BI rate ke depan mungkin akan bergerak naik, seiring dengan proyeksi inflasi yang juga akan menguat mencapai 5-5,5 persen selama setahun, atau lebih tinggi di bandingkan 2008 yang hanya 2,78 persen.

Untuk itu, ia memperkirakan, BI dalam setahun ini hanya akan menaikan suku bunga acuan BI rate sebesar 50 basis poin, sehingga pada akhir tahun BI rate akan mencapai tujuh persen.

Sementara itu, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Kamis memutuskan suku bunga acuan BI rate tetap dipertahankan sebesar 6,5 persen. BI rate pada level 6,5 persen telah bertahan sejak Agustus 2009 hingga sekarang.

Dewan Gubernur BI melihat ancaman inflasi ke depan yang diperkirakan akan menguat, di sisi lain kebutuhan untuk mendorong perekonomian yang saat terus membaik menjadi pertimbangan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan tersebut. (T.M041/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010