Denpasar (ANTARA News) - Bali sebagai daerah tujuan wisata yang mengalami perkembangan pesat selama puluhan tahun belakangan masih memiliki peluang besar dalam mengembangkan sektor pertanian, peternakan dan perikanan.

"Meskipun wilayahnya tidak begitu luas, namun masih mempunyai celah untuk mengembangkan komoditi pertanian unggulan yang bernilai ekonomis tinggi, sekaligus sanggup meningkatkan pendapatan masyarakat, yang bergerak di luar sektor pariwisata," ujar Gurubesar Fakultas Pertanian Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia, MS di Denpasar Jumat.

Ia mengatakan, peluang tersebut pada subsektor tanaman pangan meningkatkan produksi aktual, karena selama ini produksi rata-rata baru 70 persen, atau masih jauh di bawah produktivitas potensial.

Demikian pula indeks pertanaman (IP) lahan pertanian di Bali sangat terbatas, namun dengan adanya dukungan organisasi pengairan tradisional (subak) yang diwarisi secara terun temurun dalam mengatur pengairan irigasi menjadi potensi khusus yang dapat dimanfaatkan dalam memberdayakan petani, yang selama ini dipandang masih sangat lemah.

Windia menambahkan, pada sub sektor peternakan ditandai dengan permintaan yang cukup tinggi terhadap produk daging,, telur dan susu dalam memenuhi kebutuhan wisatawan dalam dan luar negeri yang berliburan di Pulau Dewata, disamping memenuhi konsumsi masyarakat setempat.

Kondisi tersebut merupakan tantangan sekaligus peluang dalam memanfaatkan potensi bidang pertanian secara maksimal. Upaya tersebut perlu diimbangi dengan menerapkan sapta usaha, yakni rekayasa teknologi bibit dan pakan ternak dalam meningkatkan populasi yang ada secara maksimal, katanya.

Oleh karena itu menurut Windia, lahan kritis dan lahan tidur perlu dimanfaatkan untuk penanaman hijauan makanan ternak, disamping menerapkan sistem tiga strata, yakni menyiapkan hijauan makanan ternak sepanjang tahun dengan menanami berbagai jenis pepohonan maupun rerumputan.

Limbah hasil pertanian berupa jerami juga dapat diolah sedemikian rupa untuk pakan ternak, yang selama ini dibuang begitu saja atau dibakar agar memudahkan dalam proses pengolahan lahan pertanian, tutur Prof Windia. (I006/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010