Bhubhaneswar, India, (ANTARA News) - India berhasil menguji peluru kendali berkemampuan nuklir pada Minggu, kata sumber pertahanan, beberapa hari sesudah mengusulkan pembukaan kembali perundingan dengan pesaing bebuyutannya, Pakistan.

Peluru kendali permukaan ke permukaan Agni-III dengan jangkauan lebih dari 3.000 kilometer diuji dari pulau Wheeler, di lepas pantai negara bagian Orissa, India timur.

"Semua ukuran terpenuhi, percobaan berhasil," kata sumber itu kepada kantor berita Prancis AFP, dengan menambahkan bahwa peluru kendali itu ditembakkan dari rel peluncur bergerak.

Itu uji keempat senjata tersebut, yang dapat membawa muatan biasa atau nuklir 1,5 ton dan menggunakan bahan bakar padat.

India pada Rabu menyatakan bersedia membuka perundingan tingkat menteri luar negeri dengan Pakistan, manandakan terobosan besar dalam hubungan, yang beku sejak serangan 2008 atas Mumbai.

New Delhi dengan tegas menolak memulai lagi perundingan sampai Islamabad membawa yang di balik serangan Mumbai ke pengadilan dan menumpas kelompok keras di wilyahnya.

India dan Pakistan melancarkan pembicaraan perdamaian pada 2004, yang membantu meredakan ketegangan di antara negara bersenjata nuklir itu, khususnya atas daerah sengketa Kashmir.

Agni-III --agni berarti api dalam bahasa Sansekerta-- pertama diuji pada 2006 dan membuat kota utama di Cina, seperti, Shanghai, dalam jarak serangnya, kata pengulas pertahanan.

Pakistan mendorong pembukaan lagi perundingan perdamaian lima tahun mengenai berbagai masalah, termasuk masalah Kashmir, yang dihentikan oleh India setelah serangan Mumbai.

Pejabat India dan Pakistan selama tu hanya bertemu di antara pertemuan antarbangsa dan New Delhi enggan mengadakan perundingan dwipihak atau memulai lagi perdamaian lebih luas, karena kuatir mengacaukan pandangan rakyat di India.

Serangan pada 2008 atas Mumbai, ibukota niaga dan hiburan India, memperburuk hubungan India dengan Pakistan, yang terlibat dalam tiga perang, dua di antaranya menyangkut masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian berpenduduk sebagian besar muslim di India, yang berpenduduk sebagian besar beragama Hindu.

New Delhi menghentikan pembicaraan dengan Islamabad, yang dimulai pada 2004, setelah serangan atas Mumbai pada November 2008, yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan itu, yang tampak menunjuk pada badan sandi dan tentara Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal atas serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India menyatakan ke-10 orang bersenjata pelaku serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta penyerahan mereka.

Perdana Menteri India Manmohanh Singh pada pertengahan Juli 2009 menyatakan perundingan perdamaian dengan Pakistan tertahan sampai negara itu menindak yang bertanggung jawab atas serangan di Mumbai.

Pernyataan itu tampak bertentangan dengan pernyataan bersama dengan Perdana Menteri Pakistan Yusuf Raza Gilani, saat keduanya menyatakan tindakan terhadap terorisme "tidak boleh dikaitkan" dengan pembicaraan tersebut.(B002/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010