Yogyakarta (ANTARA News) - Pihak Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Yogyakarta minta maaf atas terjadinya kerusuhan pada pertandingan sepak bola PSIM Yogyakarta melawan PSS Sleman, Jumat (12/2) sore, sehingga menyebabkan jatuhnya korban terluka puluhan orang.

"Kami minta maaf. Adanya korban dari kalangan masyarakat maupun wartawan pada insiden di Stadion Mandala Krida itu, merupakan ekses dari tindakan aparat kepolisian yang berlebihan," kata Kepala Poltabes Yogyakarta Kombes (Pol) Ahmad Dofiri di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, fakta terjadinya kekerasan saat pertandingan sepak bola PSIM melawan PSS tersebut tidak dapat dipungkiri, dan sudah masuk dalam kategori melebihi batas.

"Bagaimana pun, saya adalah komandan pengamanan di lapangan yang bertugas mengamankan pertandingan dari awal hingga akhir. Saya yang bertanggung jawab di sana, dan mohon maaf yang sebesar-besarnya," katanya.

Ia mengatakan, instruksi yang diberikan kepada aparat pengamanan di lapangan adalah bertindak sesuai etika dan tidak melewati batas-batas kemanusiaan.

"Instruksinya sudah seperti itu, tetapi terkadang kondisi di lapangan bisa berbeda dengan instruksi yang diberikan. Emosi dari polisi terkadang meluap, namun kekerasan seperti itu tetap tidak dibenarkan," katanya.

Ekses kekerasan yang dirasakan masyarakat, menurut dia adalah dampak dari upaya aparat keamanan untuk mencegah jatuhnya korban lebih banyak terutama dari kalangan suporter PSS Sleman atau yang dikenal dengan sebutan Slemania.

Setelah terjadi penembakan gas air mata ke arah penonton yang dilakukan aparat keamanan dari Brimob DIY, sekitar 1.000 suporter Slemania tertahan di dalam stadion, dan tidak dapat keluar karena masih banyak suporter PSIM Yogyakarta yaitu Brajamusti yang menunggu di lapangan dan sekitar stadion.

"Kami berusaha untuk mengeluarkan suporter PSS Sleman dari stadion, dan aparat kepolisian berusaha menjauhkan suporter PSIM dari stadion. Tetapi kejadian di lapangan sudah kelewat batas," katanya.
(E013/B010)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010