Palu (ANTARA News) - KH. Solahuddin Wahid atau Gus Sholah menyatakan dirinya siap memimpin Nahdlatul Ulama (NU) lima tahun mendatang menggantikan kepemimpinan Hasyim Muzadi.

"Insya Allah saya siap memimpin NU mendatang," kata Gus Sholah di tengah-tengah peserta dialog nasional kebangsaan Pra Muhtamar NU ke-32, di Palu, Sabtu.

Dialog tersebut dihadiri sejumlah pengurus wilayah dan cabang NU dari kawasan timur Indonesia. Kegiatan yang berlangsung tiga hari ini akan merumuskan beberapa pokok-pokok pikiran penting yang akan dibawa ke forum Muhtamar NU ke-32 di Makassar 22-27 Maret .

Gus Sholah mengatakan, keinginan untuk maju sebagai kandidat ketua PBNU karena dirinya mendapat dorongan dari sejumlah kiyai berpengaruh di Jawa Timur.

"Saya katakan kepada kiyai, saya ini kan sudah tua. Tapi kata mereka, usia itu tidak menjadi hambatan dalam memimpin NU," kata Gus Sholah disambut aplaus oleh peserta yang memadati ball room salah satu hotel berbintang di Palu.

Adik kandung mantan presiden Abdurrahman Wahid itu mengatakan, calon ketua umum PBNU harus punya budaya organisasi yang baik. Niatnya untuk memimpin organisasi Islam terbesar itu harus tulus dan ikhlas.

Menurut Gus Sholah, NU sebagai organisasi yang besar tersebut hanya kuat di beberapa daerah tertentu. Karena itu kata Gus Sholah, diperlukan perubahan paradigma NU.

"Kita organisasi kemasyarakatan tapi paradigmanya organisasi politik. Kita harus tinggalkan paradigma ini," katanya.

Ke depan, kata Gus Sholah, NU harus fokus dalam urusan pendidikan dan ekonomi rakyat. Dia mengatakan, sebagian besar dari penduduk miskin di Indonesia adalah warga NU. Secara sosial politik, mereka termasuk kelompok ekonomi lemah yang bergerak disektor buruh migran, petani, dan pedagang kaki lima.

"Kalau dulu Gus Dur memperjuangkan demokrasi, kita sekarang perjuangkan ekonomi. Kalau dulu Gus Dur melawan pemerintah, maka kita sekarang bekerja sama dengan pemerintah," katanya.

Gus Sholah mengatakan, perbaikan organisasi NU mendatang diantaranya meliputi menghilangkan pragmatisme dalam bentuk politik uang dan menumbuhkan kembali ruh jihad NU yang saat ini sudah amat merosot.
(A055/B010)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010