Kupang (ANTARA News) - Seorang nelayan dari Oesapa Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Wahidin (30) tewas setelah mendapat pemeriksaan dari seorang dokter Australia saat perahu mereka dipergoki patroli AL Australia, Kamis (11/2).

Seorang nelayan , Kian (33) yang menjadi saksi dan juga nahkoda perahu motor "Rahma Indah" yang ditumpangi korban bersama enam orang nelayan lainnya, ketika dikonfirmai wartawan di perkampungan nelayan Oesapa Kupang, Senin, membenarkan peristiwa tersebut.

"Saat itu, sekitar pukul 17.46 Wita. Kami dipergoki kapal patroli AL Australia pada posisi 11.33 LS dan 123.20 BT di wilayah perairan Indonesia di Laut Timor, sekitar 50 mil selatan Pulau Rote atau sekitar 60 mil dari wilayah perairan Australia," ujarnya.

"Ketika kapal patroli mendekat, kami sampaikan bahwa ada nelayan yang tengah menderita sakit. Salah seorang petugas kesehatan Australia, dr D Hold langsung melompat ke atas perahu untuk melakukan pemeriksaan dalam ruang perahu," tambahnya.

"Kami semua (enam nelayan) diarahkan ke buritan kapal oleh dokter tersebut. Hampir sejam kemudian, dokter Hold mengatakan bahwa pasien tersebut sudah meninggal," katanya sambil menunjukkan surat keterangan dokter tersebut kepada wartawan.

Ia menambahkan, setelah mendengar kabar duka tersebut, pihaknya langsung berlayar kembali ke Kupang dengan perahu motor tersebut.

Kapal Patroli AL Australia HMAS Bundaberg langsung meninggalkan perahu nelayan tersebut setelah dokter Hold mengeluarkan surat keterangan kematian yang tanpa menguraikan sebab-sebab kematian almarhum Wahidin, katanya.

"Sehari setelah itu, almarhum langsung dimakamkan di pekuburan umum Oesapa. Peristiwa ini merupakan yang pertama kali terjadi di Laut Timor selama kami mencari ikan di Laut Timor," tambah H Mustafa, seorang nelayan lainnya yang juga Ketua Aliansi Nelayan Tradisional Laut Timor (Antralamor).

Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Ferdi Tanoni yang dikonfirmasi secara terpisah mendesak pemerintah Indonesia untuk segera mungkin menyelidiki kasus kematian tersebut guna mengetahui sebab-sebab kematian Wahidin.

"Menurut catatan saya, sudah sekitar 10 kasus yang dialami nelayan tradisional Indonesia terkait dengan ulah patroli AL Australia. Ada nelayan kita yang mati tidak wajar, namun tidak pernah diusut oleh pemerintah Indonesia," ujarnya.

Mantan agen imigrasi Kedutaan Besar Australia ini minta Kedubes Besar Indonesia(KBRI) di Canberra untuk mengusut kasus tersebut, agar nelayan Indonesia tidak lagi mendapat perlakuan sewenang-wenang oleh otorita keamanan Australia.

"Kasus tewasnya Mansyur La Ibu, nelayan asal Pulau PaluE Flores dan Hok Song Heng dari Jawa Timur, juga masih misterius sampai saat ini. Ini masalah serius yang harus mendapat perhatian serius pula dari pemerintah," katanya.(L003/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010