Kolkata, India (ANTARA News/AFP) - Pemberontak bersenjata Maois yang naik sepeda-motor hari Senin membunuh 14 polisi dalam serangan bom dan penembakan yang berani di sebuah kamp keamanan di India timur, kata polisi dan pejabat.

Itu merupakan serangan Maois yang paling mematikan terhadap pasukan keamanan sejak Oktober, ketika gerilyawan sayap kiri tersebut menembak mati 17 polisi di India barat.

Serangan mematikan terakhir itu terjadi di tengah ofensif pasukan keamanan untuk menumpas gerilyawan terlarang itu di pangkalan-pangkalan mereka, kata televisi India.

Dua gerilyawan Maois juga tewas dalam penyerbuan Senin di distrik Midnapore, negara bagian Benggala Barat, setelah tembak-menembak dengan pasukan keamanan, kata kepala pemerintah daerah N.S. Nigam kepada AFP.

"Sembilan polisi tewas ditembak dan lima lain terbakar hidup-hidup dalam kobaran api yang berasal dari ledakan ranjau darat di kamp keamanan mereka," kata Nigam melalui telefon dari Midnapore.

Tayangan televisi setempat menunjukkan polisi yang bersenjata berat bergerak merunduk di sebuah jalan ketika kebakaran melalap kamp mereka.

Kepala kepolisian Benggala Barat Surojit Purokayastha mengatakan, sekitar 20 orang Maois naik yang sepeda motor menyerang kamp tersebut.

"Serangan itu dilakukan untuk memprotes operasi penumpasan terhadap pemberontak Maois di distrik itu," katanya, dengan menambahkan bahwa 100 polisi dan personel keamanan berada di fasililtas tersebut ketika serangan itu terjadi.

Tidak banyak yang diketahui mengenai kepemimpinan atau kekuatan kelompok itu. Maois disebut-sebut memiliki antara 10.000 dan 20.000 pengikut.

Kekerasan yang berkaitan dengan Maois menewaskan lebih dari 600 orang tahun lalu, ketika pemerintah melarang kelompok itu dan secara resmi menganggap merka teroris.

Selain kekerasan Maois, India juga sibuk menghadapi pemberontakan di sejumlah daerah lain negara itu, termasuk Kashmir.

Wilayah pegunungan Himalaya itu dilanda pemberontakan selama dua dasawarsa untuk menentang kekuasaan India, yang menurut angka resmi menewaskan lebih dari 47.000 orang.

Kekerasan di Kashmir turun setelah India dan Pakistan meluncurkan proses perdamaian yang bergerak lambat untuk menyelesaikan masa depan wilayah tersebut.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara berkekuatan nuklir yang mengklaim secara keseluruhan wilayah itu.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010