London (ANTARA News/AFP) - Pembahasan tentang jadwal penarikan pasukan internasional dari Afghanistan melemahkan upaya pemulihan perdamaian di negara itu, kata seorang mantan presiden Pakistan.

Berbicara di London, Senin, Pervez Musharraf menegaskan dukungannya pada operasi militer yang dipimpin Amerika Serikat (AS) terhadap wilayah pertahanan Taliban di selatan Afghanistan.

Namun, negara-negara utama dunia itu sepatutnya memperjelas komitmen mereka di Afghanistan, kata mantan presiden Pakistan itu dalam pidatonya di Lembaga Kajian "Chatham House" Inggris.

"Kita sudah mengirim tambahan 30 ribu tentara, pasukan Amerika, operasi militer berlanjut. Ini sangat baik."

"Tapi, saat kita membahas rencana keluar setelah dua tahun, seandainya saya komandan Taliban, saya akan meninggalkan seluruh tempat tanpa perlawanan," katanya.

Jenderal (Purn) Musharraf lebih lanjut mengatakan, Barat dan pendukungnya sepatutnya tetap berada di belakang dan mendukung rakyat Afghanistan, serta memberi mereka "harapan dan kekuatan".

Mantan pemimpin Pakistan itu mengingatkan pentingnya memerangi para militan di Afghanistan dan wilayah-wilayah perbatasan Pakistan bagi keberhasilan mengalahkan para ekstrimis di seluruh dunia.

"Pusat gravitasi semua ini adalah Afghanistan dan wilayah-wilayah perbatasan Pakistan. Anda ingin mengalahkan mereka? Kalahkan pusat gravitasinya," kata Musharraf.

Dalam Konferensi London Januari lalu, Presiden Afghanistan Hamid Karzai mendapat dukungan internasional atas rencana rekonsiliasinya dengan para pendukung kelompok perlawanan Taliban.

Karzai menjanjikan pekerjaan, pendidikan, dan perlindungan kepada para pendukung Taliban yang mau meletakkan senjata sebagai bagian dari rencana rekonsiliasinya itu.

Menurut Musharraf, adanya kebijakan yang memperlakukan semua orang Pashtun sebagai "musuh" telah menjadikan mereka "teralinasi".

Sejak akhir pekan lalu, pasukan AS dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) bersama pasukan pemerintahan Afghanistan melancarkan serangan ke kantong pertahanan Taliban.

Mereka menjadikan kota Marjah sebagai sasaran serangan militer yang menurut Gubernur Helmand Mohammad Gulab Mangal melibatkan sekitar 60 helikopter militer AS itu.

Helikopter-helikopter bersenjata itu, katanya, menerjunkan pasukan payung ke wilayah yang disebut sumber resmi pemerintah sebagai pertahanan terakhir Taliban di provinsi selatan itu. (R013/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010