Tehran (ANTARA News/IRNA/AFP) -  Mantan Duta Besar Iran untuk Italia, Abolfazl Zohreh-Vand, Kamis, mengatakan Barat harus menghadapi fakta bahwa Iran saat ini telah menjadi negara nuklir.

Dalam wawancara dengan kantor berita Iran, IRNA, diplomat itu menilai kebijakan terbaru Washington terhadap Teheran, termasuk usahanya untuk mengompori Iranfobia dan meningkatkan pemberlakuan sanksi terhadap negara tersebut tidak bakal bermanfaat bagi AS.

"Negara Islam Iran sedang melaju ke depan, memperkuat perdamaian di kawasan itu dan di fora internasional," kata Zohreh-Vand merujuk pada kemampuan Iran di bidang teknologi nuklir dan kini sedang beranjak ke pengayaan uranium hingga 20 persen.

Menurut dia, Barat percuma saja memicu ketegangan di kawasan itu.

Di tengah upaya penyelesaian sengketa nuklir antara Iran dan Barat yang mengalami kebuntuan, Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu pada Selasa (16/2), melakukan pertemuan dengan para pejabat Iran dalam kunjungannya ke Teheran.

Turki, yang memiliki hubungan baik dengan negara tetangganya, Iran, telah menawarkan untuk menjadi tuan rumah pertukaran uranium Iran yang belum dikayakan (LEU) dengan uranium yang telah dikayakan sebesar 20 persen yang akan dipasok negara-negara Barat ke Teheran sebagai bagian dari usulan kesepakatan PBB.

Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan sebelumnya mengakui bahwa Ankara belum berhasil menengahi kompromi menyangkut nuklir Iran.

Teheran dan negara-negara Barat mengalami kebuntuan atas usulan kesepakatan pengapalan LEU ke Perancis dan Rusia untuk dikonversi ke uranium dengan kadar yang lebih tinggi.

Para pejabat Iran menginginkan pertukaran dilakukan di dalam negeri Iran, usulan yang ditentang oleh negara-negara Barat.(*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010