Islamabad (ANTARA News/AFP) - Ledakan bom menewaskan sedikitnya 12 orang di sebuah pasar di Pakistan, Kamis, sementara Islamabad mengungkapkan kekhawatiran kepada AS atas ketidakstabilan akibat serangan anti-Taliban di Afghanistan.

Bom itu meledak di sebuah daerah terpencil yang dikuasai kelompok-kelompok militan yang bersaing di Khyber, yang merupakan rute pemasokan untuk pasukan NATO di Afghanistan dan bagian dari kawasan suku yang disebut-sebut Washington sebagai markas besar Al-Qaeda.

Seorang komandan militan dan 11 orang lain tewas dalam ledakan itu, yang juga merusak sebuah masjid dan beberapa toko di desa Dars lembah Tirah Atas, dalam apa yang disebut para pejabat keamanan mungkin sebagai perselisihan antara kelompok-kelompok muslim garis keras yang bersaing.

"Duabelas orang tewas dan lebih dari 30 lain cedera dalam ledakan bom itu," kata seorang pejabat intelijen di kota Peshawar, Pakistan baratlaut, kepada AFP.

"Kami telah mengkonfirmasi laporan-laporan bahwa komandan militan Azam (Khan, dari Lashkar-e-Islam), juga tewas dalam ledakan itu," kata pejabat itu.

Seorang pejabat regional mengatakan, bom itu meledak ketika sekitar 80 orang berkumpul di sekitar masjid dan pasar dan di dekat pangkalan milisi Lashkar-e-Islam.

Lashkar-e-Islam (Tentara Islam) adalah kelompok militan yang memiliki keterkaitan ideologi dengan Taliban. Mereka menjadi sasaran operasi militer Pakistan di Khyber, namun para pejabat intelijen menyalahkan pemboman itu pada kelompok militan saingan mereka.

Laporan-laporan dari sumber militan dan pejabat daerah masih simpang-siur mengenai apakah itu ledakan bunuh diri atau bom yang dipasang, namun mereka semua sepakat bahwa sasarannya adalah Khan, komandan militan tingkat pedesaan.

Kelompok muslim garis keras mendalangi serangan-serangan bom mematikan untuk membalas pemerintah Pakistan karena bersekutu dengan AS dalam "perang melawan teror". Serangan-serangan mereka menewaskan lebih dari 3.000 orang sejak Juli 2007.

Sementera itu, Pakistan mengungkapkan kekhawatiran bahwa ofensif pimpinan AS di Afghanistan akan menimbukan arus pengungsi dari Afghanistan ke Pakistan.

Perdana Menteri Pakistan Yousuf Raza Gilani mengungkapkan kekhawatiran itu dalam pembicaraan dengan Richard Holbrooke, utusan khusus AS untuk Pakistan dan Afghanistan, yang tiba di Islamabad pada Kamis setelah perundingan di Kabul.

Marinir AS saat ini memimpin 15.000 prajurit AS, NATO dan Afghanistan dalam Operasi Mushtarak di provinsi Helmand yang bertujuan menumpas militan, yang diluncurkan menjelang fajar Sabtu untuk membuka jalan agar pemerintah Afghanistan bisa mengendalikan lagi daerah penghasil opium itu.

Pakistan sendiri saat ini juga berusaha menumpas Taliban dan gerilyawan garis keras lain di kawasan suku wilayah baratlaut negara itu.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat besar-besaran ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.

Beberapa analis memperingatkan bahwa Taliban dan sekutu mereka akan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan di Bajaur dan kawasan suku lain lagi untuk mengalihkan fokus perhatian dari Waziristan Selatan. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010