Jakarta (ANTARA News) - Kompromi antarelite politik yang ditengarai bakal terjadi menjelang keputusan akhir Panitia Angket Kasus Bank Century DPR RI bisa menimbulkan demoralisasi publik, kata Sekjen DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ton Abdillah Has dalam surat elektroniknya kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu.

Ton mengatakan, jika kompromi politik benar-benar terjadi, maka akan merobek rasa keadilan masyarakat dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, serta lebih jauh lagi bisa menimbulkan demoralisasi kehidupan berbangsa.

Situasi itu akan memunculkan sikap permisif atas terjadinya skandal serupa di masa yang akan datang, baik di tingkat nasional maupun daerah yang mengiringi kemerosotan kepercayaan publik terhadap institusi-institusi negara, lanjut Ton.

Menurutnya, jika hal tersebut terjadi, maka komitmen kebangsaan akan jatuh ke posisi paling memprihatinkan.

Oleh karena itu, Ton mengingatkan elite partai politik agar perjalanan Pansus Century yang berlangsung secara terbuka dan menjadi perhatian publik harus berakhir sebagaimana temuan-temuan yang telah disimak jutaan rakyat Indonesia selama masa kerja Panitia Angket itu.

Ia menambahkan, menjelang berakhirnya masa kerja Panitia Angket Century, kekhawatiran akan terjadinya kompromi politik melalui upaya lobi maupun intimidasi atas elite partai politik dan anggota Panitia Angket Century yang berpandangan keras, semakin nyata.

Hal itu, katanya, ditandai berubahnya sikap beberapa fraksi yang semula tegas atas temuan fakta-fakta temuan Panitia Angket Century, kini menjadi lebih lunak.

Sementara itu, Tim Kecil Panitia Angket Century yang berjumlah 15 orang di Jakarta, Sabtu, terus melakukan rapat untuk membahas dan merumuskan kerangka laporan akhir Panitia Angket. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010