Denpasar (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Bali mengalokasikan dana sebesar Rp46,9 miliar untuk memberdayakan organisasi pengairan tradisional dalam bidang pertanian (subak) dalam tahun 2010.

"Dana tersebut bersumber dari APBD Bali, diberikan kepada 2.345 subak masing-masing sebesar Rp20 juta, termasuk petani yang mengelola lahan kering (subak abian), kata Kabag Publikasi dan Dokumentasi Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali I Ketut Teneng di Denpasar Minggu.

Ia mengatakan, dana untuk pemberdayaan organisasi subak tersebut dikelola oleh Dinas Kebudayaan, sekaligus memberdayakan, agar organisasi pengairan tradisional itu tetap eksis di tengah perkembangan berbagai aspek kehidupan yang sangat pesat.

"Bantuan yang diberikan kepada masing-masing subak itu, penggunaannya dapat diarahkan untuk berbagai kepentingan organisasi, sesuai kesepakatan bersama anggota subak," katanya.

Bantuan yang diberikan secara berkesinambungan selama 10 tahun terakhir, diharapkan mampu melestarikan organisasi subak, yang belakangan mendapat "tekanan" akibat peralihan fungsi lahan pertanian ke nonpertanian, katanya.

Peralihan fungsi lahan pertanian di Bali menurut Gurubesar Fakultas Pertanian Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia, MS setiap tahunnya tidak kurang dari 750 hektar.

Oleh sebab itu Pemerintah Provinsi Bali melakukan berbagai upaya untuk menjaga kesinambungan organisasi subak dan mampu berperan dalam menyukseskan pembangunan sektor pertanian.

Dinas Pertanian Provinsi Bali memanfaatkan subak sebagai wahana menyebar inovasi dalam pembangunan sektor pertanian. Subak berperan secara aktif dalam menyaring inovasi sesuai dengan kondisi alam usaha tani.

Menurut Wayan Windia, inovasi pertanian yang cocok akan diadopsi dan diterapkan oleh petani dalam lingkungan subak.

Kondisi itu menjadikan petani semakin sadar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usaha tani.

Upaya itu dilakukan secara berkesinambungan dalam memproduksi komoditas pertanian sesuai kebutuhan pasar. Jika produksi pertanian yang dihasilkan petani mampu diserap pasar, secara otomatis dapat meningkatkan kesejahteaan petani, sekaligus menurunkan angka kemiskinan.

Windia menambahkan, jika model pengembangan ketahanan pangan itu dapat dilakukan berbasis sistem subak, akan mampu mewujudkan ketahanan pangan, sekaligus menjadi kearifan lokal sebagai modal sosial yang kuat.

Subak merupakan salah satu kearifan lokal yang telah terbukti ampuh dalam meningkatkan produksi pangan yang diterapkan secara turun temurun sejak sepuluh abad yang silam di Bali, katanya.

(T.I006/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010