Kabul (ANTARA News/AFP) - Palang Merah hari Senin menyatakan telah menutup pos bantuan pertama karena pertempuran dan jalan-jalan yang diranjau selama ofensif pimpinan AS terhadap Taliban di Afghanistan selatan.

Jalan yang dipasangi ranjau di daerah Marjah dimana 15.000 prajurit melancarkan serangan yang kini memasuki pekan kedua membuat sulit orang untuk pergi meminta bantuan, kata Komite Internasional Palang Merah (ICRC).

Para komandan juga mengatakan bahwa bom-bom rakitan yang dikenal sebagai peledak improvisasi (IED) telah memperlambat gerak maju pasukan gabungan NATO, AS dan Afghanistan.

"Kini, karena gerakan di Marjah sulit akibat pertempuran dan IED, personel bantuan pertama ICRC merawat pasien di rumah mereka, karena mereka yang membutuhkan perawatan seringkali tidak bisa bergerak atau takut melakukan hal itu," kata ICRC.

"ICRC akan berusaha segera membuka lagi pos bantuan pertama," tambah organisasi itu dalam sebuah pernyataan.

Sejumlah rumah sakit di Lashkar Gah, ibukota provinsi Helmand, Afghanistan selatan, dan di provinsi Kandahar telah menerima sejumlah pasien dari zona perang, katanya, namun jalan dari Marjah diranjau dan ditutup untuk lalu-lintas.

"ICRC mengungsikan 40 pasien yang terluka dan sakit ke rumah sakit Lashkar Gah sejak dimulainya ofensif yang sekarang. Sebagian besar pasien membutuhkan perawatan untuk menyelamatkan hidup mereka," katanya.

"Jalan 40 kilometer antara Marjah dan Lashkar Gah penuh dengan... IED dan tertutup untuk lalu-lintas," kata ICRC.

"Rute alternatif ada namun juga dipasangi IED dan melewati putaran-putaran panjang, yang menunda pengangkutan pasien," tambahnya.

Ofensif di Marjah dan Nad Ali di kawasan lembah tengah Sungai Helmand bertujuan menumpas Taliban dan memulihkan lagi kendali pemerintah atas wilayah tersebut.

Marinir AS saat ini memimpin 15.000 prajurit AS, NATO dan Afghanistan dalam Operasi Mushtarak yang bertujuan menumpas militan, yang diluncurkan menjelang fajar Sabtu (13/2) untuk membuka jalan agar pemerintah Afghanistan bisa mengendalikan lagi daerah Helmand penghasil opium.

Ofensif itu dikabarkan mendapat perlawanan sengit dari Taliban, yang melancarkan serangan-serangan dari balik tameng manusia dan memasang bom pada jalan, bangunan dan pohon.

Presiden Hamid Karzai memperingatkan bahawa pasukan harus melakukan semua langkah yang diperlukan untuk melindungi warga sipil.

Saat ini terdapat lebih dari 110.000 prajurit internasional, terutama dari AS, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO berkekuatan lebih dari 84.000 prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi dalam perang lebih dari delapan tahun dengan gerilyawan Taliban, yang memperluas pemberontakan dari wilayah selatan dan timur negara itu ke ibukota dan daerah-daerah yang sebelumnya damai.

Tahun 2009 tidak saja merupakan masa paling mematikan bagi prajurit, polisi dan warga sipil Afghanistan namun juga bagi pasukan internasional yang memerangi Taliban. Sebagian besar kekerasan terjadi di provinsi-provinsi selatan seperti Kandahar dan Uruzgan.

Presiden AS Barack Obama mengumumkan pada Desember pengiriman 30.000 prajurit tambahan ke Afghanistan untuk bergabung dengan pasukan AS dan ISAF pimpinan NATO yang berada di negara itu untuk memerangi gerilyawan. Negara-negara NATO juga mengirim 7.000 prajurit tambahan ke negara itu.

Delapan tahun setelah penggulingan Taliban dari kekuasaan di Afghanistan, lebih dari 40 negara bersiap-siap menambah jumlah prajurit di Afghanistan hingga mencapai sekitar 150.000 orang dalam kurun waktu 18 bulan, dalam upaya baru memerangi gerilyawan.

Sekitar 520 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010