London (ANTARA News/Reuters) - Inggris membela pengeboran minyaknya di perairan Kepulauan Falklands karena kegiatannya dilakukan sesuai dengan hukum internasional.

Karena itu, Inggris menolak keberatan Argentina.

Presiden Argentina Cristina Fernandez mengatakan, para pemimpin Amerika Latin mendukung penolakannya pada eksplorasi minyak Inggris di Kepulauan Malvinas yang sudah dimulai di sumur pertama pada Senin itu.

Menteri Luar Negeri Inggris David Miliband di London mengatakan, kedaulatan negaranya di Kepulauan Falklands "sepenuhnya jelas dalam hukum internasional".

"Eksplorasi (minyak) yang sedang berlangsung di lepas pantai Falklands sepenuhnya berada dalam koridor hukum internasional," katanya.

Penduduk Kepulauan Falklands juga berhak untuk hidup dan membangun kehidupan ekonomi mereka sendiri, katanya.

Dalam sengketa Argentina dan Inggris berkaitan dengan status kepemilikan kepulauan kaya sumberdaya alam itu, Venezuela mendukung Argentina.

Dukungan Presiden Hugo Chavez kepada Argentina itu disampaikannya dalam pidato di program jaringan radio dan televisi bertajuk "Alo Presidente" di Karakas, Minggu (21/2).

Presiden Chavez menyerukan kepada Ratu Elizabeth II agar menyerahkan Kepulauan Falklands (Malvinas) kepada Argentina.

"Kembalikan Malvinas kepada rakyat Argentina. Inggris masih mengancam Argentina. Banyak hal kini berubah. Kita tidak lagi berada di tahun 1982," kata Chavez.

Pemimpin Venezuela itu selanjutnya menegaskan bahwa Argentina tidak lagi sendiri seperti dulu jika konflik kembali pecah.

Pekan lalu Pemerintah Argentina memerintahkan semua kapal yang melewati perairannya menuju kepulauan yang disengketakan itu agar terlebih dahulu mengantongi izinnya.

Hari Minggu, Menteri Luar Negeri Jorge Taiana membawa masalah Argentina-Inggris itu ke konferensi tingkat tinggi Kelompok Rio yang diikuti 33 negara Amerika Latin dan Karibia selama dua hari di Kankun, Meksiko.

Menlu Taiana berharap Kelompok Rio mengeluarkan pernyataan yang mengutuk pengeboran minyak Inggris di dasar laut perairan Kepulauan Malvinas yang diklaim Argentina sebagai miliknya itu.


Diplomasi dan jalan damai

Berkaitan dengan penyelesaian soal kedaulatan wilayah Malvinas, Menlu Taiana telah meminta Inggris agar membahas penyelesaiannya secara "damai" dan melalui saluran diplomasi.

"Inggris sepatutnya duduk dan merundingkan masalah kedaulatan guna menyelesaikan situasi kolonial yang anakronistis ini," katanya.

Dalam pernyataannya di Meksiko menjelang KTT Kelompok Rio, Menlu Taiana menegaskan tekad Argentina untuk merundingkan masalah tumpang-tindih kepemilikan Malvinas itu "secara diplomatis" dan "damai".

Inggris dan Argentina saling mengklaim kepulauan yang mengandung cadangan minyak tersebut.

Bagi Argentina, kepulauan yang disebutnya Malvinas itu merupakan bagian tak terpisahkan dari wilayah kedaulatannya.

Sebaliknya Inggris mengklaim bahwa ia telah menguasainya sejak 1833. Pada 1982, kedua negara bahkan sempat terlibat perang yang dimenangkan Inggris setelah Argentina mengambil kepulauan itu.

Operasi-operasi pengeboran minyak Inggris di sekitar kepulauan yang disebutnya Falklands itu telah memicu ketegangan baru dengan Argentina hampir 30 tahun setelah pecah Perang 1982.

Hasil studi geologi yang dikutip media Inggris menunjukkan dasar laut Kepulauan Falklands (Malvinas) mengandung cadangan minyak hingga 60 juta barel.

Argentina marah dengan manuver Inggris tidak mengindahkan resolusi-resolusi PBB yang menyerukan kepada kedua negara agar memperbaharui perundingan mereka tentang kedaulatan kepulauan itu.

Perang 1982 yang berlangsung selama 74 hari itu menewaskan 649 tentara Argentina dan 255 tentara Inggris. (R013/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010