London (ANTARA News/AFP) - Dua tentara Inggris tewas di Afghanistan selatan dan kematian keduanya tak terkait dengan gempuran gencar NATO terhadap pejuang Taliban, kata Kementerian Pertahanan pada Kamis,

Seorang anggota angkatan udara tewas akibat ledakan pada Rabu malam, sedangkan satu yang lain tewas akibat tembakan senjata genggam pada Kamis.

Tentara dari Kompi A, Batalyon IV Senapan, ditembak dan tewas di dekat Sangin di propinsi Helmand, Afghanistan utara.

"Ia sedang meronda jalan kaki, bagian dari gerakan untuk `melindungi` orang Sangin dari pejuang, ketika rondanya ditembaki," kata juru bicara.

Sementara itu, tentara udara dari Skuadron 2, Resimen Angkatan Udara, bertugas sebagai bagian dari Pasukan Pertahanan Lapangan Udara Kandahar.

Ia tewas akibat luka dari ledakan saat meronda dengan kendaraan.

"Ia sedang meronda dengan kendaraan di daerah sekitar empat kilometer utara lapangan udara Kandahar ketika ledakan itu terjadi," kata juru bicara tentara.

Keduanya tidak terkait dengan Gerakan Gabungan, serangan pimpinan Amerika Serikat untuk merebut kubu utama Taliban di Afghanistan selatan.

Sejumlah 265 tentara Inggris tewas dalam gerakan di Afghanistan sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Inggris menempatkan 10.000 tentaranya di Afghanistan, satuan terbanyak kedua setelah Amerika Serikat, dan sebagian besar mereka ditempatkan di Helmand, provinsi paling bergolak di Afghanistan.

Banyak di antara mereka tewas akibat IED, yang ditanam pejuang Taliban.

Pada 2009, 108 tentara Inggris tewas di Afghanistan, membuatnya tahun paling mematikan bagi balatentara kerajaan itu sejak Perang Malvinas.

Bom rakitan, yang ditanam di jalanan, menjadi penyebab sebagian besar kematian tentara asing itu.

IED (bom rakitan) murah dan mudah dibuat, sebagian besar menggunakan pupuk dan pemicu dari telepon genggam.

Peledak rakitan menjadi "senjata pilihan" Taliban, kata perwira tinggi sandi tentara Amerika Serikat, yang baru-baru ini menyatakan IED merenggut sampai 90 persen jiwa pasukan asing.

Pemimpin tentara menyatakan mencoba mengembangkan cara baru untuk berurusan dengan ancaman IED, tapi mendapati bahwa Taliban sudah mengubah siasat dengan cepat.

IED biasanya buatan sendiri, yang diledakkan oleh kendali jauh dan sering berserakan di jalan dan jalan raya, yang dipakai tentara asing, khususnya di kubu Taliban di provinsi Helmand dan Kandahar.

Pada 2003, pasukan asing dihantam 81 serangan bom rakitan. Jumlah itu meningkat menjadi lebih dari 72.000 pada 2009, kata pejabat sandi NATO. Itu termasuk bom meledak dan yang ditemukan serta dijinakkan.

Pada 2009, kegiatan Taliban di Afghanistan utara dipusatkan pada jalur pasokan perbekalan, yang dibawa truk dari negara Asia Tengah, yang berbatasan dengan Afghanistan.

Tentara pertama Inggris tewas dalam Gerakan Gabungan, Sersan David Greenhalgh (25 tahun), tewas akibat ledakan di dekat Lashkar Gah.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010