Kabul (ANTARA News) - Serangan bom bunuh diri Taliban terhadap wisma tamu di pusat kota Kabul, Jumat, menewaskan 16 orang yang mencakup sejumlah warga Barat dan India.

Pemboman itu merupakan salah satu serangan paling mematikan terhadap warga asing di ibukota Afghanistan tersebut.

Taliban mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu dalam wawancara telefon dengan AFP.

Sebuah bom mobil meledak dan dua ledakan lebih kecil bergema kemudian di pusat kota Kabul, dan polisi menyebutnya sebagai "serangan yang terkoordinasi dan terencana dengan baik", selepas fajar Jumat ketika Afghanistan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Serangan-serangan itu menewaskan 16 orang, termasuk seorang penasihat diplomatik Italia dan seorang produser film Perancis yang membantu membangun sebuah studio bagi para sutradara muda Afghanistan. Sebanyak 38 orang, termasuk delapan warga asing, cedera.

New Delhi memastikan bahwa sembilan warga India, termasuk pejabat pemerintah, tewas dalam pemboman itu, serangan ketiga terhadap kepentingan India di Afghanistan dalam waktu 20 bulan.

Presiden Afghanistan Hamid Karzai "mengutuk keras serangan teroris di daerah Shar-I-Naw Kabul yang menewaskan dan mencederai banyak warga sipil", kata kantornya.

Perdana Menteri Inggris Gordon Brown menjadi kepala pemerintah asing pertama yang mengutuk pemboman itu dan dijadwalkan berbicara dengan Karzai pada Jumat malam.

Serangan itu terjadi di dekat Park Residence Hotel di distrik komersial Shar-I-Naw, dimana orang-orang yang ketakutan menyelamatkan diri melalui jendela dan turun dengan tangga, kata wartawan AFP.

Pecahan-pecahan kaca berserakan di jalan di luar hotel itu, yang seringkali dikunjungi oleh orang Barat dan banyak pegawainya berasal dari India.

Sedikitnya tiga orang yang bersenjatakan senapan dan peledak menyerang Park Residence dan wisma tamu lebih kecil Aria di sebuah sisi jalan yang berdekatan.

Serangan terhadap wisma tamu yang digunakan oleh orang asing meningkat dalam beberapa bulan ini. Pada 28 Oktober lima staf PBB tewas dalam serangan serupa, sementara pada 15 Desember delapan orang tewas dalam serangan bunuh diri di dekat sebuah wisma tamu dan hotel.

Pemboman Jumat itu terjadi ketika marinir AS memimpin 15.000 prajurit AS, NATO dan Afghanistan dalam Operasi Mushtarak yang bertujuan menumpas militan, yang diluncurkan menjelang fajar Sabtu (13/2) untuk membuka jalan agar pemerintah Afghanistan bisa mengendalikan lagi daerah Helmand penghasil opium.

Ofensif itu dikabarkan mendapat perlawanan sengit dari Taliban, yang melancarkan serangan-serangan dari balik tameng manusia dan memasang bom pada jalan, bangunan dan pohon.

Presiden Hamid Karzai memperingatkan bahwa pasukan harus melakukan semua langkah yang diperlukan untuk melindungi warga sipil.

Saat ini terdapat lebih dari 110.000 prajurit internasional, terutama dari AS, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO berkekuatan lebih dari 84.000 prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi dalam perang lebih dari delapan tahun dengan gerilyawan Taliban, yang memperluas pemberontakan dari wilayah selatan dan timur negara itu ke ibukota dan daerah-daerah yang sebelumnya damai.

Delapan tahun setelah penggulingan Taliban dari kekuasaan di Afghanistan, lebih dari 40 negara bersiap-siap menambah jumlah prajurit di Afghanistan hingga mencapai sekitar 150.000 orang dalam kurun waktu 18 bulan, dalam upaya baru memerangi gerilyawan.

Sekitar 520 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010