Jakarta (ANTARA News) - Nasir Abbas, mantan Komandan Jaringan Jamaah Islamiyah, mengemukakan bahwa benih-benih terorisme di Indonesia selama ini antara lain karena adanya ideologi yang keliru dalam memaknai jihad dan menghalalkan cara untuk membunuh orang lain dengan alasan tertentu.

"Ideologi ini tidak ada diajarkan dalam pesantren, tetapi dilakukan oleh orang yang juga lulusan pesantren dan siapa saja yang menjadi korban atau pengaruh ideologi yang keliru ini," kata Nasir di sela-sela Diskusi Kerja "Mencegah Terorisme dengan Membangun Kepedulian dan Rasa Kemanusiaan" di Jakarta, Sabtu..

Oleh karena itu, semua pihak, harus mewaspadai terhadap ideologi ini.

"Apakah mereka yang di pesantren atau bukan, bisa jadi korban," katanya.

Sosiolog Imam B. Prasodjo dalam forum yang sama menilai, salah satu cara untuk melakukan pencegahan sejak dini adalah meningkatkan kepedulian setiap warga negara akan korban yang ditimbulkan oleh tindakan terorisme itu sendiri.

"Upaya mengingat kepada para korban yang masih hidup dan keluarganya ini juga penting , termasuk juga kepada keluarga pelaku yang ditinggalkan oleh pelakunya (yang sudah dieksekusi oleh aparat hukum, red). Silaturahmi di antara mereka ini bisa menyadarkan bahwa tindakan terorisme itu apa pun alasannya tidak dibenarkan oleh agama apa pun," katanya.
(E008/A011/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010