Istambul (ANTARA News/AFP) - Pengadilan Turki mendakwa dua lagi perwira tentara atas dugaan bersekongkol menggulingkan pemerintah asal Islamis pada 2003, membuat jumlah tersangka menjadi 37 orang, kata kantor berita Anatolia pada Selasa.

Rincian tuduhan terhadap tersangka itu diketahui saat jaksa menyusun dakwaan.

Polisi pada pekan lalu menahan sekitar 70 tentara bertugas dan pensiunan sebagai bagian dari penyelidikan atas dugaan persekongkolan untuk menimbulkan kerusuhan dan menggulingkan partai Keadilan dan Pembangunan (AK), cabang gerakan terlarang Islamis.

Di antara yang ditahan terdapat tersangka pemimpin persekongkolan itu, purnawirawan perwira tinggi berbintang empat Cetin Dogan, mantan panglima Angkatan Darat I, yang bermarkas di Istambul.

Rencana kup itu diduga disusun dan dibicarakan di Istambul pada 2003, sesaat sesudah AK berkuasa.

Persekongkolan itu --bersandi "gerakan Godam"-- dikabarkan melibatkan pemboman mesjid dan membangkitkan ketegangan dengan Yunani untuk memaksa penjatuhan jet Turki, yang akan memicu kekacauan politik dan membenarkan pengambilalihan pemerintah oleh tentara.

Penyelidikan besar-besaran mencemaskan Turki, memicu ketakutan akan pertikaian di antara AK dengan tentara, yang sudah mendepak empat pemerintah sejak 1960.

Tentara Turki biasa memegang pengaruh berarti atas politik, tetapi menyurut di bawah AK.

Meskipun ada sejarah kup tentara di Turki, kebanyakan orang percaya bahwa para jenderal itu tidak akan berani menantang partai AK, yang menguasai jumlah sangat besar kursi parlemen, dan menghancurkan keyakinan temuan baru di demokrasi.

Pengulas politik semakin membelah kelompok sekuler, nasionalis kolot --yang mewakili kalangan tua-- dan partai AK, yang mengalahkan penanam modal dengan perbaikan ramah pasar.

Dugaan rencana kudeta itu pertama kali dilaporkan pada Januari oleh surat kabar "Taraf", yang secara teratur menyasarkan pemberitaannya pada tentara.

Surat kabar itu menuduh mereka terlibat dalam rencana pemboman beberapa mesjid dan meningkatkan ketegangan dengan Yunani, dengan memaksa jatuh sebuah jet Turki, untuk memojokkan pemerintah dan pada akhirnya mengakibatkan kejatuhan pemerintah.

"Taraf" menyatakan rencana tersebut dibahas dalam seminar tentara pada Maret 2003 dan menerbitkan salinan tertulis rekaman, yang tampak memastikan bahwa beberapa jenis tindakan menentang pemerintah diputuskan dalam pertemuan tersebut.

Jenderal purnawirawan yang dituduh memulai rencana itu memastikan ancaman gerakan Islam dibahas dalam pertemuan itu, namun menyatakan dokumen tersebut tidak mencakup rencana pemboman sejumlah mesjid dan upaya menjatuhkan sebuah pesawat Turki.

Sergapan polisi pada Senin itu dilancarkan setelah percekcokan mengenai penahanan kepala jaksa pada pekan lalu dan peningkatan kecurigaan antara Partai Pembangunan dan Keadilan, yang berhaluan Islam dan ketentaraan, yang memandang diri sebagai pengawal nilai sekuler dan telah melancarkan empat kudeta sejak 1960.

Kepala Jaksa Umum Ilhan Cihaner di provinsi Erzincan di Turki timur ditangkap pengadilan pada pekan sebelumnya, karena diduga memiliki hubungan dengan jaringan penjahat bawah tanah, Ergenekon, yang dituduh merencanakan kudeta terhadap pemerintah.

Dewan Hakim Agung dan Jaksa di Turki kemudian melucuti wewenang jaksa khusus, yang memerintahkan penangkapan Cihaner.

Pemimpin Partai Republik Rakyat Deenis Baykal mengatakan, untuk pertama kali, kaum sekuler di lembaga kehakiman berhadapan dengan anggota lain penegak hukum dukungan pemerintah.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010