Seoul (ANTARA News/Reuters) - Korea Utara, Minggu, mengatakan pihaknya akan memperkuat senjata atomnya dan tidak lagi terikat dengan gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea karena Amerika Serikat dan Korea Selatan melakukan pelatihan perang, yang dimulai pekan ini.

Pernyataan itu muncul hanya beberapa hari setelah seorang diplomat senior China mengatakan Beijing menginginkan perundingan internasional yang macet yang bertujuan penghentian kegiatan-kegiatan senjata nuklir Korea Utara dimulai kembali sebelum Juli.

Peringatan Korut itu yang biasanya dilakukan bertepatan dengan pelatihan-pelatihan militer itu, tidak akan menimbulkan risiko bagi semenanjung itu, kata para pengamat.

Korut secara rutin mengecam pelatihan militer tahunan AS-Korsel sebagai awal satu invasi dan perang nuklir kendatipun demikian pelatihan itu tetap dilakukan selama puluhan tahun tanpa ada insiden penting.

"Proses denuklirisasi Semenanjung Korea tentu saja akan macet," kata kantor berita resmi Korut (KCNA) mengutip pernyataan seorang perwira militer.

"Tidak logis untuk bertatap muka dengan mitra dialog, yang membawa awan gelap perang nuklir sementara mengarahkan senjatanya kepada pihak lain, dan membicarakan perdamaian dan kerja sama dengan dia," kata perwira itu yang dikutip KCNA.

Pelatihan "Resolve/Foal Eagle" berlangsung mulai Senin sampai 18 Maret, yang melibatkan ribuan tentara.

Korut mendapat tekanan untuk kembali ke perundingan enam negara perlucutan senjata nuklirnya dengan imbalan bantuan, karena sanksi-sanksi PBB yang diberlakukan setelah uji coba nuklir Mei 2009. Sanksi-sanksi itu telah memukul ekonomi negara itu, dan tindakan menyangkut mata uang yang merusak akhir tahu lalu memicu inflasi dan kerusuhan sipil yang jarang terjadi.

Kedua Korea secara teknis masih dalam perang karena konflik mereka tahun 1950-1953 diakhiri dengan satu gencatan senjata bukan dengan perjanjian perdamaian.

AS, yang berperang membantu Korsel dalam perang itu, memiliki 28.000 tentara di negara itu untuk mendukung 670.000 tentara Korsel. Korut menggelar sebagian besar dari 1,2 juta tentaranya dekat perbatasan dengan Korsel.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010