Abu Dhabi (ANTARA News/WAM) - Prospek bagi perdamaian antara Palestina dan Israel sangat bergantung pada bagaimana Israel bereaksi dan mengambil sikap terhadap langkah paling akhir yang diajukan dunia Arab, demikian komentar satu harian di Uni Emirat Arab (UAE).

Pada pertemuannya baru-baru ini para menteri luar negeri anggota Liga Arab mengesahkan satu rencana yang memprakarsai pembicaraan perdamaian tak langsung antara pihak Palestina dan Israel, langkah yang yang diharapkan memberi dorongan bagi proses perdamaian setelah terhenti cukup lama.

Liga Arab menyetujui usul yang didukung Amerika Serikat itu yang telah diberi kerangka waktu selama empat bulan.

Kedua pihak dijadwalkan memulai pembicaraan menyusul lawatan utusan AS untuk Timur Tengah George Mitchell.

"Namun, pertanyaan yang muncul bukan mengenai meyakinkan dunia Arab tentang pentingnya perdamaian. Juga bukan membicarakan pihak Palestina ikut membuat perjanjian bagi perdamaian lestari."

"Semua anggota Liga Arab dan juga pihak Palestina berulang-ulang menyampaikan janji untuk mendukung pencapaian perdamaian dengan Israel yang didasarkan pada rencana proses perdamaian Arab yang menyerukan solusi dua-negara dengan perbatasan sebelum perang 1967," demikian harian berbahasa Inggris "Gulf News" dalam editorialnya Minggu.

"Karena itu, tak berguna sama sekali jika AS terus mendorong pihak itu saja untuk mau mencapai perdamaian. Israel hendaknya ditekan agar mau ikut dalam proses perdamaian."

"Bentrokan-bentrokan antara pasukan Israel dan warga Palestina yang beribadah di halaman Masjid Al Haram Al Sharif pada Jumat lagi-lagi merupakan indikasi bagaimana Israel terus bertindak sebagai pasukan pendudukan. Presiden Palestina Mahmoud Abbas memperingatkan dengan benar bahwa provokasi ini bisa mengarah ke perang agama di kawasan ini."

Harian itu menyatakan jika Israel masih bersikap keras kepala atas rencana itu, mungkin sudah waktunya dunia Arab juga menghentikan semua keterikatan, dialog dan usaha untuk mencapai perdamaian. (M016/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010