Bantaeng, Sulsel (ANTARA News) - Jatah beras untuk keluarga miskin (Raskin) di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan kian berkurang dari 3.660.120 kg untuk 20.334 kepala keluarga (KK) pada 2009 menjadi 2.763.228 kg (berkurang 896.892 kg) untuk 17.713 KK pada 2010.

Kepala Bagian Perekonomian Pemda Kabupaten Bantaeng, Asruddin pada sosialisasi dan Launching Raskin 2010 di ruang pola Kantor Bupati Bantaeng, Minggu, mengatakan, dari pagu raskin sebanyak itu, maka jatah raskin untuk daerah ini berjumlah 17.713 KK dari 20.334 KK atau berkurang 2.621 KK.

Begitu juga terhadap pengalokasiannya, pada 2009 jatah Raskin dialokasikan pada 15 ribu rumah tangga sasaran (RTS), sedang pada 2010 hanya 13 ribu RTS. Asruddin mengakui, akurasi data RTS penerima Raskin masih diperdebatkan.

Demikian pula kendala akibat kondisi iklim yang berubah-ubah maupun anggaran APBD yang terbatas untuk membantu pelaksanaan program Raskin serta masalah pergudagangan dan pendistribusian.

Upaya penanggulangannya antara lain melibatkan seluruh unsur pemerintah wilayah kecamatan (Camat), Lurah/Kepala Desa dan BPS dalam pendataan RTS penerima Raskin. Sedang untuk mengatasi ketersediaan beras, Bulog sejak awal diharapkan berhubungan dengan petani untuk mendapat beras berkualitas.

Khusus keterbatasan anggaran, Kabag Perekonomian Pemda Bantaeng itu mengatakan, akan tetap diupayakan pengusulan dalam APBD dan melibatkan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Menurut dia, untuk mengatasi masalah pergudangan dan kemasan, Bulog diharapkan membuat kemasan sesuai kuantum beras agar karung tidak lagi dibongkar.

Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah pada sosialisasi yang dihadiri Wakil Bupati HA Asli Mustadjab, Sekkab H Syamsuddin, Asisten II bidang Perekonomian Zainuddin Tahir dan Kepala sub Divre Bulog Bulukumba Abd Muis S Ali berharap program Raskin di wilayah kerjanya tidak berlangsung lama.

"Saya kira masyarakat juga tak mau tangannya selalu menghadap ke atas," urainya. Untuk mengubah hal itu, pemerintah juga perlu mengubah paradigma untuk membawa masyarakatnya keluar dari kemiskinan.

Secara umum, tambah Bupati Nurdin Abdullah, tak layak ada pengangguran dan kemiskinan di Bantaeng sebab hamparan lahan cukup subur dan pemerintah memiliki komitmen untuk memajukan masyarakat melalui program yang menjadikan uang lebih banyak beredar di kecamatan dan desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Ini merupakan upaya untuk memerangi kemiskinan. Meski begitu, ia mengingatkan agar aparat tidak bermain-main dengan program untuk penanggulangan kemiskinan ini karena akibatnya bisa fatal.

Bupati kemudian menggambarkan berbagai sinetron di TV yang menyepelekan orang miskin, maka dia akan merasakan ganjarannya. Karena itu, bila kita serius, maka tiap tahun angka kemiskinan akan menurun.

"Kalau tahun ini menurun 2.000-an, mudah-mudahan tahun depan akan lebih banyak lagi. Karena itu, diperlukan sosialisasi agar masyarakat memanfaatkan lahannya dengan baik sehingga pada tahun berikutnya mereka sudah tidak masuk dalam kategori penerima Raskin," urainya.

Bupati juga mengingatkan agar masalah Raskin tidak dibawa ke ranah politik, terutama untuk kepentingan pemilihan kepala desa (Pilkades). "Saya sangat senang bila ada Lurah, Kades atau Camat yang melaporkan pengurangan Raskinnya dan berani memberi target, tahun sekian tidak ada lagi Raskin di wilayahnya, Itu prestasi," ujarnya.

Bila semua pemimpin wilayah bisa meningkatkan kesejahteraan warganya yang ditandai dengan pengurangan Raskin, maka pada 2013, kemiskinan di Butta Toa akan terhapus. Potensi alam kita menunjang, lahan subur, air melimpah dan pasarnya ada. Yang susah kalau pasar tidak jelas, urainya lagi.

Ia kemudian menunjuk komoditi talas yang pasarnya sudah jelas dan berapapun produksi yang kita hasilkan akan dibeli untuk kepentingan ekspor. "Komoditi ini saja ditekuni masyarakat, Lurah, Kades dan Camat sudah tidak pusing memikirkan pemasukan PBB dari masyarakatnya karena masyarakat siap membayar karena sudah ada uangnya," ujarnya. (RY/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010