Yerusalem (ANTARA News) - Israel memberi lampu hijau untuk membangun 112 rumah baru di permukiman dudukan Yahudi di Tepi Barat, meskipun ada penundaan sebagian atas pembangunan semacam itu, kata seorang menteri seperti dikuitip AFP, Senin.

Rumah itu akan dibangun di permukiman Beitar Ilit di dekat Betlehem, kata Menteri Lingkungan Hidup Gilad Erdan kepada radio umum.

Keberlanjutan perluasan permukiman Israel merupakan salah satu perintang terbesar bagi pembukaan kembali pembicaraan perdamaian dengan Palestina, yang terhenti lebih dari setahun.

Kegiatan baru itu terjadi sehari sesudah Palestina menyetujui pembicaraan tak langsung perdamaian dengan Israel, tapi memperingatkan bahwa perundingan yang ditengahi Amerika Serikat itu dapat gagal jika Israel terus memperluas permukiman.

Palestina bersikeras hanya akan kembali ke perundingan langsung jika Israel menyetujui pembekuan penuh atas pembangunan permukiman di daerah dudukan Tepi Barat, termasuk Yerusalem timur.

Israel mengumumkan penundaan 10 bulan atas izin baru pembangunan rumah bagi pemukim di Tepi Barat pada akhir November, tapi mengecualikan Yerusalem timur, gedung negara dan yang sedang dibangun.

Masyarakat dunia menilai semua permukiman Israel di tanah Palestina dudukan tidak sah.

Sekitar 3.000 orang Israel, termasuk beberapa warga Palestina, pada Sabtu berunjukrasa menentang permukiman Yahudi di Yerusalem timur.

Para pengunjukrasa, di antara mereka pegiat perdamaian dan anggota sayap kiri, melambaikan bendera memuat prasasti "Shalom" (perdamaian dalam bahasa Yahudi) dalam unjukrasa di Sheikh Jarrah itu.

Mereka menyanyikan semboyan, seperti, "Tidak untuk pembersihan bangsa" dan "Warga Sheikh Jarrah tidak kehilangan harapan. Kami akan merintangi jalan ke permukiman".

Satuan besar polisi menyaksikan unjukrasa itu, yang terbesar dalam beberapa dasawarsa terhadap permukiman Yahudi di Yerusalem.

Polisi ingin melarangnya, tapi unjukrasa itu akhirnya disetujui mahkamah agung dalam banding, yang dilancarkan gerakan kiri-jauh itu.

Unjukrasa itu terjadi di tengah ketegangan di Kota Tua tersebut setelah beberapa hari bentrok antara polisi penanggulangan kerusuhan Israel dengan penentang Palestina di sekitar Masjid Al-Aqsha dan beberapa lingkungan Arab di Yerusalem.

Beberapa keluarga Palestina di Sheikh Jarrah diusir dalam beberapa bulan belakangan untuk kepentingan pemukim Israel atas dasar rumah mereka milik orang Yahudi sebelum Israel dibentuk pada 1948.

Pengusiran itu menimbulkan unjukrasa, yang ditumpas polisi, yang menangkap sejumlah pegiat perdamaian Israel dan orang asing pendukung Palestina.

Israel mencaplok Yerusalem timur setelah perang Timur Tengah 1967 dan membangun permukiman baru untuk menampung lebih dari 200.000 orang Yahudi.

Pencaplokan itu tak pernah diakui masyarakat dunia. Palestina mengecam permukiman di Yerusalem timur, yang mereka inginkan untuk dijadikan ibukota negara mendatang mereka.

Pada awal Februari, harian "Haaretz" menyatakan pemerintah Israel memberi izin kegiatan membangun 600 rumah di tempat yang disediakan untuk permukiman di bagian timur itu.

Pembangunan perumahan di Yerusalem timur dikecualikan dari penangguhan perumahan, yang diucapkan pemerintah Netanyahu menyangkut permukiman di Tepi Barat, yang diduduki Israel.

Amerika Serikat pada awal Februari mengecam Israel, yang berencana membangun lagi permukiman Yahudi di Yerusalem Timur, dengan menyatakan tindakan itu merusak upaya negara adidaya tersebut melanjutkan kembali pembicaraan perdamaian Israel-Palestina.(*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010