Kota Gaza (ANTARA News/AFP) - Gaza melewati malam pertamanya tanpa hujanan bom dalam tiga pekan agresi Israel setelah Negara Yahudi ini menghentikan perangnya melawan Hamas yang telah menewaskan lebih dari 1.200 warga Palestina dan meninggalkan banyak sekali bangunan yang luluh lantak menjadi reruntuhan. Suasana tenang terutama berlaku di sepanjang pantai Jalur Gaza setelah Israel mengistirahatkan mesin-mesin perangnya sejak pukul 2 dini hari waktu setempat (Minggu pukul 7 pagi WIB) yang diikuti oleh berhentinya serangan para pejuang Palestina. Lima jam setelah gencatan senjata sepihak diumumkan, dampaknya terasa dengan tidak ada satupun kabar serangan udara dan pertempuran besar di Gaza malam tadi. Namun saksi mata menyatakan masih terjadi beberapa pertempuran kecil antara pejuang Palestina melawan tentara Israel di bagian selatan kota Rafah, namun tentara Israel tidak mengonfirmasilkan laporan ini. Berapa lama situasi tenang akan berlangsung masih belum menentu mengingat tentara Israel masih menempatkan tentaranya di wilayah itu sementara Hamas mengancam tidak akan menerima kehadiran seorang pun tentara Israel di Gaza. Sementara itu Mesir menjadi tuan rumah satu pertemuan internasional Minggu sore ini (Minggu malam WIB) yang dihadiri sejumlah pemimpin Eropa dan Sekretaris Jenderal PBB Ban KI-moon untuk mengupayakan gencatan senjata langgeng antara Israel dan Hamas. Presiden Mesir Hosni Mubarak, Sabtu, menyatakan negaranya akan melanjutkan upaya-upaya damainya segera setelah ada gencatan senjata untuk memperbarui pakta gencatan senjata dan dicabutnya blokade yang dikenakan Israel di pintu penyeberangan ke Gaza setelah Hamas menguasai daerah ini pada Juni 2007. Perdana Menteri Israel Ehud Olmert memerintahkan pengakhiran operasi militer namun menandaskan akan mempertahankan tentaranya di Gaza dengan perintah menembak siapapun yang menyerangnya. "Kami telah mencapai semua tujuan dari perang ini, bahkan lebih," katanya. Menteri Pertahanan Ehud Barak meyakinkan bahwa tidak ada jaminan bahwa Hamas akan menghentikan serangan roketnya namun tentara Israel siap memusnahkannya. "Tentara akan tetap (di Gaza) seperti dibutuhkan dan jika Hamas melanjutkan serangan, tentara akan membalasnya tanpa ampun dan akan siap melanjutkan dan memperluas operasinya jika diperlukan," kata Barak. Reaksi Hamas yang menguasai Gaza sejak Juni 2007 dan bersumpah untuk menghancurkan negara Yahudi itu, menghentikan sementara serangan roketnya. "Kami tak akan menerima kehadiran seorang pun serdadu (Israel) di Gaza," kata Fawzi Barhum, juru bicara Hamas di Gaza yang menyerukan penarikan total pasukan Israel dan pembukaan semua pintu perbatasan Gaza. Osama Hamdan, perwakilan Hamas di Lebanon, dalam wawancaranya dengan televisi Al-Jazeera yang berbasis di Doha, mengatakan bahwa Hamas tidak ada kaitannya dengan gencatan senjata sepihak Israel. "Kami telah menegaskan, jika tentara Israel tetap berada di Gaza, maka ini akan menjadi pintu lebar bagi (bangkitnya) perlawanan menghadapi pendudukan." Salah satu dari tujuan utama ofensif Israel adalah menghentikan serangan roket dan mortar Hamas namun lebih dari 30 proyektil telah diluncurkan dari Gaza sepanjang Sabtu kemarin, termasuk enam roket setelah pengumuman Olmert mengenai gencatan senjata sepihak Israel. Di jam-jam sebelum pertemuan kabinet keamanan, Israel terus menghujankan bom ke daerah kota berpenduduk padat, sementara di utara Beit Lahiya, sebuah sekolah PBB dihancurkan bom-bom Israel. Dua anak laki-laki bersaudara masing-masing berumur lima dan tujuh, terbunuh dan lusinan lainnya terluka karena serangan Israel yang menghujankan bara api pada sebuah sekolah dimana 1.600 orang sedang berlindung di sana dan menyisakan beberapa bagian sekolah itu terbakar. Ban menyebut serangan keempatkalinya Israel ke sekolah PBB selama perang itu sebagai "keterlaluan" dan menuntut diadakannnya investigasi mendalam. Selama perang terjadi, sekolah-sekolah, rumah sakit-rumah sakit, komplek-komplek PBB dan ribuan rumah dibombardir Israel yang diklaim Otoritas Palestina telah merugikan 476 dolar AS hanya untuk infrastruktur hancur. Sekurang-kurangnya 1.206 warga Palestina termasuk 410 anak-anak terbunuh dari serangan maut Israel di wilayah itu sejak 27 Desember, demikian para petugas kesehatan Gaza yang juga menyatakan 5.300 orang dirawat karena luka-luka. Korban tewas dalam perang ini termasuk 109 perempuan, 113 orangtua, 14 paramedis dan empat wartawan. Israel mengatakan sepuluh tentaranya dan tiga penduduknya terbunuh baikan dalam pertempuran maupun serangan roket. Para pejuang Palestina telah menembakkan lebih dari 700 roket dan mortar ke seluruh Israel. Penghentian kekerasan terjadi setelah negara Yahudi mendapat jaminan dari Washington dan Kairo untuk menghentikan penyelundupan senjata ke Gaza. Gencatan senjata terjadi hanya kurang dari sebulan sebelum Israel menyelenggarakan pemilihan umum saat mana Olmert mestinya mengundurkan diri musim panas lalu. PM Olmert yang reputasinya hancur gara-gara Perang Lebanon tahun 2006 dan dilihat oleh banyak orang Israel sebagai marabahaya, mengatakan bahwa Perang Gaza telah memperkuat deterens (kemampuan gertakan) dari negara Israel terhadap siapapun yang mengancam Israel. "Hamas menderita kemunduran besar. Para pemimpinnya bersembunyi. Banyak juga yang mati. Lusinan terowongan telah dibombardir. Kemampuan meluncurkan roket ke Israel telah berkurang," kata Olmert. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009