Jakarta (ANTARA News) - Kepastian tewasnya gembong teroris Dulmatin dalam baku tembak dengan aparat kepolisian di Pamulang, Tangerang, Banten, Selasa, masih perlu dibuktikan, kata Kepala Desk Antiteror Kementerian Politik, Hukum dan Keamanan Ansyaad Mbai.

Saat dikonfirmasi ANTARA News di Jakarta, ia mengatakan, kepastian tersangka yang tewas adalah Dulmatin, masih menunggu proses identifikasi dari pihak Mabes Polri.

Dalam penggerebekan di Jl Siliwangi, aparat Densus 88 menembak mati seorang lelaki. Lelaki itu ditembak di lantai dua, yang diduga sebagai Dulmatin.

Sementara dalam penggerebekan di Gang Asem, Jl Setiabudi, tidak jauh dari Jl Siliwangi, pasukan Densus 88 menembak dua orang, yaitu laki-laki dan perempuan. Keduanya terkapar bersimbah darah di tengah jalan dalam posisi tertelungkup.

"Memang salah satunya diduga sebagai Dulmatin itu sendiri, tapi itu masih perlu pembuktian lebih jauh dari tim identifikasi Mabes Polri," kata Ansyaad.

Dulmatin sudah kerap kali dikabarkan tewas di Filipina, namun sejauh ini belum ada bukti yang akurat. Sosok buronan kelas kakap dalam kasus terorisme itu namanya pernah disebut-sebut sebagai pelaku bom Bali.

Selama ini Dulmatin memiliki segudang nama atau alias. Misalnya, Amar Usman alias Muktamar alias Djoko Pitono. Namanya makin populer setelah polisi memasukkan Dulmatin dalam daftar pencarian orang (DPO).

Dalam melakukan aksi terorisme, ia berkawan dengan Imam Samudra. Di kalangan para anggota teroris di Indonesia, Dulmatin dikenal sebagai ahli elektronik.

Sejak kasus bom Bali pada 2002, warga Jalan Pemali Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, ini tak jelas keberadaannya. Informasi yang diperoleh dari keluarganya di Pemalang menyebutkan bahwa Dulmatin kemungkinan menetap di Malaysia.
(R018/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010