Washington (ANTARA) - Para pasien meminta bergabung dalam uji klinis obat-obat COVID-19 berbasis antibodi setelah Presiden AS Donald Trump dirawat pekan lalu dengan terapi eksperimental dari Regeneron Pharmaceuticals Inc.

Trump pada Rabu (7/10) berjanji untuk menggratiskan obat-obat itu bagi warga Amerika seraya menggembar-gemborkan manfaatnya.

Para ahli kedokteran mengatakan data lebih banyak dibutuhkan untuk menilai kemanjuran perawatan itu sebelum pemakaian yang lebih luas diperbolehkan.

Trump meninggalkan rumah sakit pada Senin (5/10) malam, hanya beberapa hari setelah didiagnosis terinfeksi COVID-19 yang menyebabkan radang paru-paru sehingga kadar oksigen darahnya turun.

Menurut dokternya, uji darah pada Senin mendapati antibodi yang melawan infeksi, yang oleh juru bicara Regeneron dikatakan mungkin berasal dari pengobatan itu. 

Baca juga: Trump 'bebas gejala' COVID-9, kembali berkantor di Gedung Putih

Dalam satu video yang diambil di luar Gedung Putih, Trump memuji terapi Regeneron yang membuatnya merasa jauh lebih baik ketimbang saat dia pertama kali didiagnosis. Trump juga mengatakan dia akan mendorong izin pemakaian darurat (EUA) bagi pengobatan itu dan pengobatan lain sejenis. Dia salah menyebut obat itu bernama Regeneron.

Regeneron mengatakan pihaknya sedang berbicara dengan Badan Obat dan Makanan AS mengenai EUA untuk ramuan dua antibodi monoklonalnya--salinan antibodi pabrik yang merupakan satu dari senjata utama yang sistem kekebalan hasilkan untuk melawan infeksi.

Perusahaan itu sejauh ini mengeluarkan beberapa data awal yang mengarah pada janji atas terapinya melawan COVID-19, dan para dokter khawatir pengobatan Trump dan promosi setelahnya dapat memberikan tekanan pada regulator.

Dr. Gary Kleiner, ahli ilmu kekebalan anak pada Sekolah Kedokteran Miller Universitas Miami dan penyelidik dalam satu percobaan yang dirancang untuk mengetahui apakah antibodi Regeneron dapat mencegah infeksi virus corona, mengatakan dia didekati oleh para pasien yang mencari obat itu sejak pekan lalu.

Dr. Dirk Sostman, kepala jaringan riset di Rumah Sakit Methodist Houston, tempat percobaan untuk program-program antibodi Regeneron dan Eli Lilly & Co, mengatakan lebih banyak pasien sedang meminta untuk ambil bagian dalam percobaan antibodi. 

Baca juga: Trump diobati dengan campuran antibodi eksperimental COVID-19

Dia berhati-hati mengenai pemakaian yang lebih luas tanpa data lebih banyak lagi.

"Semua yang kami lihat adalah rilis berita yang sangat singkat...jadi tak banyak yang bisa ditindaklanjuti," katanya.

"Politik situasi saat ini memberi isyarat pada saya bahwa cerita itu dapat berupa Trump mengidap COVID...lalu teknologi Amerika yang didukung pemerintahan Trump menyembuhkan COVID," tambah Sostman. "Saya pikir akan ada tekanan pada para regulator."

Ahli utama penyakit menular AS Dr. Anthony Fauci, berbicara pada Senin di CNN, mengatakan dia "sangat curiga" bahwa obat Regeneron menyumbang pada kemajuan Trump.

"Jelaslah kita tak dapat membuktikan itu sampai kita melakukan sejumlah telaah untuk menunjukkan bahwa obat itu betul-betul berperan," katanya.

Para dokter menekankan bahwa linimasa untuk penyakit Trump tak sepenuhnya jelas.

"Jika dia sedang menanggapi pada laju di mana dia benar-benar jauh lebih baik, ini berkat antibodi," kata Dr. Edward Jones-Lopez, spesialis penyakit menular pada Sekolah Kedokteran Keck di Universitas Southern California di Los Angeles.

Sumber : Reuters

Baca juga: Biden negatif COVID-19, minta debat ditunda jika Trump masih positif

Baca juga: Fauci: Infeksi COVID-19 di Gedung Putih sebetulnya bisa dicegah


 

Presiden AS Donald Trump terinfeksi COVID-19

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020