Peshawar, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Militan yang bersenjatakan senapan dan granat menyerbu kantor sebuah yayasan Kristen yang berpusat di AS di Pakistan, Rabu, menewaskan enam pekerja bantuan.

Orang-orang bersenjata yang diduga muslim garis keras itu menyerang gedung yayasan Visi Dunia di dekat kota Oghi di distrik Mansehra di Provinsi Perbatasan Baratlaut (NWFP), yang menjadi ajang pergolakan mematikan Taliban dan gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda.

Kelompok bantuan itu mengutuk serangan tersebut sebagai "brutal dan tidak berperasaan" dan untuk sementara membekuan semua operasi Visi Dunia di Pakistan, dimana yayasan itu memiliki sekitar 300 pegawai.

Visi Dunia menyatakan bahwa enam pegawai berkebangsaan Pakistan, termasuk dua wanita, tewas dan tujuh lain terluka ketika lebih dari 15 orang bersenjata dengan kendaraan-kendaraan pick-up datang dan mulai melepaskan tembakan ke arah pekerja bantuan.

"Mereka mengumpulkan kami semua di satu ruangan. Orang-orang bersejata itu, beberapa diantaranya wajahnya tertutup, juga merampas telefon-telefon genggam kami," kata pegawai administrasi Visi Dunia Mohammad Sajid, yang berada di kantor itu pada saat serangan tersebut.

Rienk van Velzen, direktur komunikasi regional Visi Dunia, mengatakan kepada AFP melalui telefon dari Belanda, semua staf di kantor itu adalah orang Pakistan.

"Kami mendapati empat pegawai pria dan dua wanita tewas," katanya.

Organisasi itu beroperasi di daerah tersebut sejak Oktober 2005 ketika pekerja-pekerja bantuan memasuki wilayah Pakistan baratlaut setelah gempa bumi 7,6 skala Richter menewaskan lebih dari 73.000 orang dan mengakibatkan sekitar 3,5 juta orang kehilangan tempat tinggal.

Banyak yayasan telah meninggalkan daerah itu ketika kekerasan yang dikobarkan muslim garis keras meningkat. Pada Februari 2008, empat pekerja bantuan yang bekerja untuk organisasi yang berpusat di Inggris, Plan International, tewas dalam serangan penembakan dan granat di kota Mansehra.

Lebih dari 3.000 orang tewas dalam serangan-serangan bunuh diri dan pemboman di Pakistan sejak Juli 2007, dalam kekerasan yang dituduhkan pada muslim garis keras yang menentang aliansi pemerintah dengan AS.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.

Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.

Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.

Beberapa analis juga telah memperingatkan bahwa Taliban dan sekutu mereka akan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan di Bajaur dan kawasan suku lain lagi untuk mengalihkan fokus perhatian dari Waziristan Selatan.

Pasukan keamanan melakukan operasi besar-besaran terhadap militan muslim di Mohmand dan Bajaur pada Agustus 2008. Pada Februari 2009, militer menyatakan bahwa Bajaur bersih setelah pertempuran sengit berbulan-bulan, namun kerusuhan terus berlangsung.

Menurut militer, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus 2008, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.

Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010