Medan (ANTARA News) - Sembilan tahun menjadi Humas PT PLN Pembangkit Sumatera Utara menyebabkan Marodjahan Batubara kenyang dengan makian masyarakat yang protes karena seringnya terjadi pemadaman listrik.

"Itu sudah saya anggap biasa, karena risiko pekerjaan," kata Marodjahan usai mengikuti rapat dengan jajaran PT PLN Pembangkit Sumut di Medan, Rabu.

Pria yang sering dipanggil "Ojak" itu mengaku telah menjadi Humas PT PLN Pembangkit Sumut sejak November 2001.

Sejak saat itu, Ojak selalu menerima keluhan dan protes dari masyarakat jika instansinya memberlakukan pemadaman listrik bergilir akibat minimnya ketersediaan daya listrik.

Keluhan dan protes itu ada yang disampaikan melalui surat, pesan singkat melalui telepon genggam (SMS), dan ada juga dengan demonstrasi.

Dalam menghadapi demonstrasi itu, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Darma Agung tersebut sering menerima pernyataan yang keras dan tidak layak seperti makian dari demonstran.

"Bahkan, ada yang datang ke rumah sambil marah-marah," kata pria kelahiran Medan, 3 Januari 1957 itu.

Meski demikian, anak dari Christian Batubara dan Rufina itu mengaku tidak sakit hati atas perlakuan yang dinilai kurang wajar tersebut.

Namun sebagai manusia biasa, suami dari Hotma Hutabarat itu mengaku sering menjadi segan jika harus berkumpul dalam sebuah acara karena terus ditanyai tentang permasalahan listrik di daerah itu.

Ia mencontohkan ketika harus mengunjungi rekan atau keluarga yang kemalangan. "Saya ditanyai terus dengan kondisi listrik," katanya.

Lain lagi halnya dengan pemberitaan di berbagai media massa yang mengeritik kinerja PT PLN Pembangkit Sumut.

"Bagi saya, kritikan itu merupakan masukan untuk memacu kerja," kata pria yang dikenal dekat dengan kalangan wartawan itu.

Meski kehidupan sosialnya terganggu tetapi Ojak menganggap hal itu wajar karena bagian dari risiko tugasnya sebagai humas dari sebuah instansi layanan masyarakat.

Munculnya pertanyaan dan kemarahan masyarakat itu lebih disebabkan ketidaktahuan mereka tentang permasalahan dan kondisi kelistrikan di daerah tersebut.

"Kalau mereka tahu, mereka tidak akan marah," kata ayah dari Binsar Leonard Batubara, Citra Tioni Batubara dan Daniel Anugerah Batubara tersebut. (I023/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010