Port Moresby (ANTARA News) - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan mengatakan empat perusahaan besar dari Australia akan mengembangkan bisnisnya dengan nilai satu miliar dolar AS di Indonesia dalam tahun ini.

"Dari empat perusahaan itu hitungan kasar saya mereka akan ekspansi sekitar satu miliar dolar AS, dan akan dilakukan tahun ini," katanya saat berbicara di dalam pesawat kepresidenan yang mengantar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan rombongan dari Sydney Australia menuju Port Moresby Papua Nugini, Kamis.

Lima perusahaan itu menurut Gita adalah Coca Cola Amatil, Commonwealth Bank, Thiess, Ramsay Health dan AIBC.

Sebelumnya, lima pemimpin perusahaan itu yaitu Ralph Noris CEO Commonwealth Bank of Australia, Terry Davis CEO Coca Cola Amatil, Davis Saxelby CEO Thiess, Paul Ramsay chairman Ramsay Health dan Chris Barnes Presiden AIBC bertemu dengan Presiden Yudhoyono sebelum acara forum bisnis di Sydney Kamis pagi.

Forum bisnis diikuti 140 pengusaha Australia dari berbagai sektor termasuk mantan PM Paul Keating.

Dijelaskan Gita, meski secara nominal tidak terlalu besar niat lima perusahaan itu untuk mengembangkan bisnisnya menjadi dorongan bagi pengusaha Australia lainnya untuk berinvestasi ataupun mengembangkan bisnisnya di Indonesia.

Coca Cola Amatil, katanya akan membangun 10 pabrik baru di Indonesia untuk meningkatkan produksi mereka yang mencapai 60 juta setahun.

Sedangkan Commowealth Bank yang sudah memiliki 74 cabang, akan terus menambah jumlah cabangnya.

"Thiess yang sudah mempekerjakan 8.000 orang di bidang pertambangan akan ekspansi dalam pembangunan jalan tol di Jawa Timur," katanya.

Niat lima perusahaan ini, kata Gita sangat positif bagi pengembangan investasi di Indonesia karena menginspirasi pengusaha lain, karena mereka merupakan bukti bahwa investasi di Indonesia mudah dan menguntungkan.

Gita menambahkan, beberapa sektor yang menjadi daya tarik investor Australia adalah energi, pertambangan dan agribisnis.

Sejumlah keluhan juga disampaikan para CEO itu saat bertemu dengan Presiden antara lain soal UU Pertambangan, namun hal itu tidak membuat surut keinginan Thiess untuk berekspansi di Indonesia.

"Keluhan itu, tidak membuat mereka mengancam untuk keluar dari Indonesia, jadi masih dalam batas wajar," katanya.(D012/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010