Jakarta (ANTARA News) - Pengamat sosial dan praktisi pers Sujarwo mengatakan, timbulnya terorisme membuktikan bahwa terjadi ketidaksesuaian dalam proses penanaman nilai-nilai (indoktrinasi) agama di Indonesia terutama dalam hal kemanusiaan (humanisme).

Sujarwo mengemukakan hal tersebut di Jakarta, Jumat, sambil mengatakan, pemahaman parsial atau sepotong-potong terhadap nilai-nilai agama akan dapat menguatkan radikalisme yang berbasis nilai agama.

Padahal, katanya, dalam agama jelas terkandung nilai-nilai humanisme yang tinggi, khususnya agama Islam yang dinisbatkan sebagai agama pembawa rahmat dan kesejateraan bagi semesta alam.

"Hal inilah yang menjadi tesis saya bahwa tumbuhnya terorisme merupakan bukti ketidaksesuaian secara kolektif bangsa Indonesia terutama para tokoh agama dalam proses menanamkan nilai-nilai humanisme," katanya.

Sujarwo juga menyoroti faktor tingginya tingkat pengangguran juga menjadi salah satu faktor penyebab atau "ajang pelarian" terorisme, antara lain dengan menjadikan terminologi jihad sebagai dasar pembenaran atas tindakan yang radikal dan anarkis.

Lebih lanjut pemrakarsa buku "The God's initial Montirisme" itu menilai di era Orde Baru bahwa terorisme justru dapat diminimalisir, bahkan beberapa gembong teroris saat itu harus menyingkir ke luar negeri.

Hal tersebut, menurut Sujarwo, tidak terlepas dari proses penanaman nilai-nilai ideologi Pancasila dengan ajaran P4 (penataran, penghayatan, dan pengamalan Pancasila). "Nilai-nilai itulah yang menjadi filter sekaligus benteng keutuhan dan kesatuan bangsa," katanya.

Untuk itulah, dalam Orde Reformasi saat ini Sujarwo terobsesi untuk mensosialisasikan nilai-nilai "montirisme", agar bangsa Indonesia mampu mengalami proses rekayasa sosial dengan terbentuknya paradigma baru dalam menghadapi kompleksitas persoalan.

"Filosofi montirisme itu adalah menciptakan standar operasional prosedur (SOP) baru dalam diri manusia di Indonesia. Sesuai dengan filosofi montirisme yang menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru," demikian Sujarwo.(Ant/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010