Jakarta (ANTARA News) – Rencana kedatangan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama ke Indonesia 22-24 Maret ini harus disambut baik dan dipandang sebagai hubungan baik antara kedua negara saja, Indonesia dan Amerika Serikat (AS), kata pengamat.

"Kedatangan Presiden Obama ke Indonesia, dalam konteks Islam dapat dipahami sebagai silaturahmi. Mengapa harus dipermasalahkan oleh sedjumlah kalangan di Indonesia. Nabi Muhammad saja mengajarkan untuk menjalin tali silaturahmi,” kata pengamat politik yang juga HIJ’D Insitut Suhendra Ratu Prawiranegara di Jakarta, Minggu.

Dia mengatakan, bangsa Indoneia harus bersikap arif dan santun kepada siapa pun yang akan berkunjung ke Indonesia termasuk Barack Obama. "Kedatangan Obama tidak tidak perlu dipertentangkan, karena untuk menjalin hubungan bilateral antara RI dan AS," ujarnya.

Selain itu, beberapa waktu yang lalu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga sudah berkunjung ke AS, kenapa kedatangan Obama harus dipermasalahkan oleh sebagian kalangan masyarakat di Indonesia, padahal Obama masa kecilnya pernah tinggal di Jakarta dari 1967-1970.

Menurut Suhendra, bangs Indonesia perlu berpikir positif dengan kedatangan Obama. "Sebagai tuan rumah yang baik, Indonesia harus menyambut baik. Mengenai kepentingan terhadap Indonesia sejauh ini masih baik saja," katanya.

Terkait penolakan sejumlah kelompok tertentu yang menolak kedatangan Obama ke Indonesia, Suhendra Ratu Prawiranegra malah balik bertanya.

"Apakah mereka mewakili masyarakat Islam Indonesia? Apakah masyarakat muslim di Indonesia semuanya menolak kedatangan Obama? harus dilihat berapa persen mereka yang menolak kedatangan Obama ke Indonesia," katanya.

Suhendra menambahkan, Barrack Obama dulu sempat sekolah 3 tahun di SD Asisi yakni saat kelas 2,3,4 SD sebelum pindah ke SD Besuki/Menteng di kelas 5. "Obama mengenyam pendidikan di SD Asisi pada tahun 1967 hingga 1970. Mungkin saja Obama kangen dengan masa kecilnya di Indonesia. Seharusnya kita bangga karena Presidien AS itupernah sekolah di Indonesia,” pungkasnya.(Ant/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010