Penguatan nilai tukar rupiah berpotensi berlanjut seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalued
Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan nilai tukar rupiah berpotensi terus menguat karena didukung sejumlah indikator di antaranya defisit transaksi berjalan dan inflasi yang rendah dan terkendali.

“Penguatan nilai tukar rupiah berpotensi berlanjut seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalued,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam jumpa pers daring di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, nilai tukar rupiah yang diperdagangkan saat ini kisaran Rp14.740 per dolar AS masih undervalued atau rendah dari nilai sebenarnya.

Gubernur BI menjelaskan defisit transaksi berjalan diperkirakan rendah untuk keseluruhan tahun 2020 mencapai 1,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Baca juga: Rupiah Selasa pagi menguat 5 poin

Perkiraan itu, kata Perry Warjiyo, didorong potensi kenaikan surplus neraca perdagangan triwulan III 2020 yang ditunjukkan pada Juli-Agustus 2020 mencatat surplus 5,57 miliar dolar AS.

Untuk inflasi, BI memproyeksi juga berada dalam kisaran rendah yakni di bawah 2 persen hingga akhir tahun 2020 atau berada di bawah batas bawah sasaran inflasi 3 plus minus 1 persen.

Indikator lainnya, lanjut Perry Warjiyo, daya tarik aset keuangan Indonesia juga tinggi ditunjukkan perbedaan suku bunga imbal hasil atau yield SBN tenor 10 tahun dengan di Amerika Serikat mencapai 6,9 persen.

Selain itu premi risiko Indonesia, kata dia, juga menurun dari 110 menjadi 66 yang turut mendorong penguatan terhadap nilai tukar rupiah.

Baca juga: BI tahan suku bunga acuan, rupiah Selasa ditutup melemah

Pada September 2020 rupiah tercatat melemah 2,13 persen dari poin ke poin (ptp) dipengaruhi tingginya ketidakpastian pasar keuangan, baik karena faktor global maupun faktor domestik.

Sementara itu awal Oktober 2020 nilai tukar rupiah per 12 Oktober kembali menguat 1,22 persen (ptp) atau rata-rata 0,34 persen dibandingkan dengan level September 2020.

Penguatan rupiah itu, kata Perry Warjiyo, didorong kembali masuknya aliran modal asing ke pasar keuangan domestik dipengaruhi meningkatnya likuiditas global dan tetap terjaganya keyakinan investor terhadap prospek perekonomian domestik.

Baca juga: Bahlil: Besok draf final UU Cipta Kerja diserahkan ke pemerintah

Pada awal Oktober 2020 aliran masuk modal asing secara berangsur membaik sehingga per 9 Oktober 2020 tercatat sebesar 0,33 miliar dolar AS.

Sementara itu nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore ditutup melemah seiring ditahannya suku bunga acuan oleh Bank Indonesia.

Rupiah ditutup melemah 25 poin atau 0,17 persen menjadi Rp14.725 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.700 per dolar AS.

Baca juga: Erick Thohir ungkap tujuan dan harapan dari merger 3 bank BUMN syariah

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020