Makassar (ANTARA News) - Dalam sepekan, Muktamar Nahdlatul Ulama (NU), ke-32 digelar di Kota Makassar sebagai langkah awal untuk menyusun kiprah organisasi ini lima tahun ke depan dan program jangka panjang.

"Pertemuan akbar ini, bukan sekedar memilih ketua umum PBNU, tetapi juga untuk pemantapan organisasi," kata pengurus Tanfiziah NU Sulsel, Prof Dr Basir Syam, di Makassar, Minggu.

Menurut dia, NU dalam perkembangannya mau tidak mau harus berhadapan dengan kondisi perubahan zaman dan situasi politik yang ada.

"Ini merupakan satu tantangan bagi organisasi Islam yang telah berkiprah sejak pra kemerdekaan," katanya.

Sementara itu, Rois Syuriah NU Sulsel, KH Sanusi Baco Lc, mengatakan bahwa muktamar NU ke-32 selain akan membahas pemantapan organisasi, juga akan membahas peta dakwah sebagai salah satu peranan NU.

"Kita sudah memiliki peta dakwah yang akan dibicarakan dalam muktamar, termasuk membahas problema yang dihadapi dalam era globalisasi," kata Sanusi, yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel.

Dia mengatakan, dakwa merupakan salah satu dari tiga amanah yang diemban organisasi Islam ini. Apalagi peranan dakwah menjadi alat stategis dalam menyiarkan Agama Islam.

Lebih jauh dia mengatakan, tantangan para ulama atau dai` saat ini tentu berbeda dengan satu dasawarsa yang lalu. Sehingga selain bekal keilmuan yang harus dimiliki, para dai juga harus dapat `membaca` perubahan zaman.

"Kader-kader yang dapat berdakwah harus terus ada. Karena harus disadari bahwa ulama dari kalangan NU sebagian besar sudah meninggal dan membawa ilmunya," katanya.

Berkaitan dengan hal tersebut, lanjutnya, kader-kader NU berharap dari muktamar ini akan lahir pemimpin yang mampu mengarahkan arah perjuangan organisasi dan membimbing para dai dalam menjalankan tugasnya.

Hal senada dikemukakan Ketua Tanfiziah NU Sulsel, Ustadz Zein Irwanto.

Dia mengatakan, siapa pun yang terpilih nanti, diharapkan dapat membawa dan mengarahkan organisasi ini dalam menjalankan tiga amanah yakni berkiprah dalam sektor pendidikan, sosial kemasyarakatan dan dakwah.

"Organisasi dengan massa yang besar, tidak memiliki arti jika kehadirannya tidak memiliki manfaat di tengah-tengah masyarakat," ujarnya.

Oleh karena itu, ia berharap melalui wadah organisasi itu, kader-kader dan ulama NU yang hubungannya kurang harmonis, bisa baik dan bahu-membahu dalam membesarkan dan menjalankan amanah organisasi.

Muktamar NU ke-32 yang dilaksanakan pertama kalinya di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dijadwalkan dibuka secara resmi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Selasa (23/3).

"Kehadiran presiden di Makassar sudah dikoordinasikan ke semua pihak, termasuk pihak keamanan yang akan menurunkan dua per tiga kekuatan untuk menyukseskan kegiatan akbar ini," kata Sekretaris Panitia Lokal Muktamar NU ke-32, Amiruddin Aminullah.

Presiden RI hadir bersama rombongan, diantaranya enam menteri masing-masing Menteri Agama Suryadharma Ali, Menteri Pendidikan M Nuh, Menteri Tenaga Kerja Muhaimin Iskandar, Menteri Pemberdayaan Daerah Tertinggal Ahmad Helmi Faisal Zaini, Menteri Koperasi dan UKM Syarifuddin Hasan dan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Setyaningsih yang merupakan nara sumber pada dialog yang digelar pada Rabu (24/3).

Menurut dia, momen hadirnya presiden dalam membuka muktamar ini di Celebes Convention Center (CCC), Makassar diharapkan menjadi spirit bagi peserta muktamar untuk menentukan arah kiprah NU ke depan.

Lebih jauh dia mengatakan, kader-kader NU menyadari, tantangan organisasi ini ke depan akan semakin berat di tengah era globalisasi, sehingga dibutuhkan figur pemimpin yang bisa menjadi teladan, sekaligus membawa organisasi ini ke arah yang lebih baik dan tidak terjebak dalam politik praktis.

Hal yang sama dikemukakan sesepuh NU di Sulsel, Sanusi. "NU harus kembali ke khittah atau amanah dasarnya dengan menjalankan ketiga fungsi itu yakni pendidikan, sosial kemasyarakatan dan dakwah," ujarnya.

Dia mengatakan, sesuai dengan lambang NU yakni bola dunia yang diikat tali dan terdapat sembilan bintang, memberikan gambaran bahwa misi dan perjuangan NU untuk merekatkan umat Islam secara global melalui peranan para ulama yang mewakili simbol sembilan bintang.

Berkaitan dengan Perhatian nasional dan dunia, dalam sepekan kedepan akan tertuju ke Makassar, mengikuti perkembangan Muktamar NU ke-32, karena NU sebagai salah satu organisasi Islam besar di Indonesia, tidak hanya diperhitungkan di dalam negeri tetapi juga organisasi Islam dunia.

Hal itu terbukti selain peserta NU dari 33 provinsi terus berdatangan di Makassar, juga telah hadir delegasi dari 12 negara diantaranya Arab Saudi, Inggris, Taiwan dan Malaysia pada Minggu (21/3).
(T.S036/J006/P003)

Oleh Oleh Suriani Mappong
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010