Islamabad (ANTARA News/Reuters) - Polisi Pakistan telah menggagalkan rencana untuk meledakkan sebuah restoran di wilayah kantung diplomatik di Islamabad yang sering dikunjungi oleh warga asing, dan gedung-gedung pemerintah, kata seorang pejabat kepolisian, Senin.

Sejumlah militan yang terkait dengan Qari Hussain, yang dikenal sebagai "mentor pembom bunuh diri" Taliban, ditangkap sebelum mereka menyerang Hotel Serena dan restoran Klab Prancis di zona diplomatik yang dijaga ketat, kata Bani Amin Khan, penjabat kepala kepolisian Islamabad, pada jumpa pers.

Gerilyawan Taliban sebelumnya menyerang sasaran-sasaran Barat dalam upaya menggoyahkan pemerintah Presiden Asif Ali Zardari dukungan AS, sebagai bagian dari operasi kekerasan yang telah membuat takut investor asing.

Seorang tersangka militan yang memakai penutup kepala hitam berdiri di samping polisi dan mengatakan pada jumpa pers, ia membantu melancarkan serangan-serangan bom bunuh diri terhadap kantor Program Pangan Dunia PBB dan dekat Kompleks Angkatan Laut Pakistan di Islamabad tahun lalu.

"Saya menjadi bagian dari perencanaan. Saya memberikan logistik dan jaket bom bunuh diri kepada pelaku pemboman dan sebagai imbalannya, Taliban membayar saya," kata pria itu, yang mengaku sebagai mantan prajurit paramiliter bernama Noor Jahan.

Polisi menangkap dua militan, Noor Jahan dan seorang pria kedua bernama Rehmat Gul, dan menyita jaket-jaket peledak bunuh diri dan pistol yang mereka miliki.

Menurut polisi, para militan itu berencana menyerang gedung-gedung pemerintah pada Hari Nasional Pakistan pada 23 Maret. Sasarannya mencakup gedung pengadilan dan kantor telekomunikasi.

Lebih dari 3.000 orang tewas dalam serangan-serangan bunuh diri dan pemboman di Pakistan sejak Juli 2007, dalam kekerasan yang dituduhkan pada muslim garis keras yang menentang aliansi pemerintah dengan AS.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.

Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.

Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.

Beberapa analis juga telah memperingatkan bahwa Taliban dan sekutu mereka akan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan di Bajaur dan kawasan suku lain lagi untuk mengalihkan fokus perhatian dari Waziristan Selatan.

Pasukan keamanan melakukan operasi besar-besaran terhadap militan muslim di Mohmand dan Bajaur pada Agustus 2008. Pada Februari 2009, militer menyatakan bahwa Bajaur bersih setelah pertempuran sengit berbulan-bulan, namun kerusuhan terus berlangsung.

Menurut militer, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus 2008, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.

Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010