Jakarta (ANTARA News) - Gayus Halomoan P. Tambunan, pegawai pajak yang namanya mendadak banyak menghiasi media massa, menjadi obrolan di antara warga yang sedang menyerahkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) tahun 2009.

"Tindakan yang tidak bermoral, tepat kejadiannya ketika masyarakat sedang ramai menyerahkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)," kata Iwan Nasution, pegawai swasta yang sedang menyerahkan SPT-nya di Kelurahan Kebon Sirih, Jakarta Pusat.

Media mengaitkan Gayus (30), yang rekeningnya sempat terisi Rp25 miliar itu,dengan praktik mafia hukum yang melibatkan petinggi kepolisian. Gayus kini berada di Singapura setelah divonis bebas oleh Pengadilan Negeri (PN) Tangerang dalam kasus  penggelapan.

"Saya kecewa sebagai warga negara yang bayar pajak," kata Iwan lalu melanjutkan. "Tapi, masa karena Gayus seperti itu lalu kita ikut-ikutan tidak membayar pajak berarti sama saja donk dengan Gayus."

Hal serupa juga diutarakan Muhammad Muis seorang pegawai swasta di kawasan Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat. Muhammad mengaku kecewa jika dugaan terhadap Gayus terbukti.

"Masyarakat biasa harus menaati peraturan tetapi yang membuat dan menetapkan aturan tidak memberi contoh," katanya.

Poni Tri Hariyanto yang satu kantor dengan Muis mengusulkan agar sistem yang ada dibenahi karena banyak oknum-oknum yang idak bertanggung jawab di dalamnya."Sebaiknnya sistemnya harus dibenahi karena banyak mafia di dalamnya biar tidak larut," katanya.

Di drop box SPT Tahunan di Senayan City, Gayus juga jadi topik obrolan warga yang menyerahkan SPT Pajak Penghasilan,Gatot Triwira, seorang pegawai swasta, menilai inti letak permasalahan timbul dari  ketidaktegasan pemimpin dan hukum yang berlaku mudah dipermainkan.

"Percuma saja kasus Gayus selesai,  pasti ada Gayus yang lain muncul, itu semua karena pemipinnya sendiri tidak tegas memberantas penyelewengan," katanya.

Mukhlisin, seorang pegawai perusahaan telekomunikasi, juga berkomentar soal Gayus.""Jelas tidak relalah karena banyak terjadi penyelewengan, ya tapi mau gimana lagi," katanya.(ADM/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010