Jakarta (ANTARA News) - Kementerian BUMN mendukung PT Bank Rakyat Indonesia Tbk mempercepat proses pengambialihan saham PT Bank Agroniaga. "Kalau memang kajiannya sudah selesai dan memberikan dampak positif kepada kedua pihak, sebaiknya akuisisi itu dipercepat," kata Deputi Menteri BUMN Bidang Usaha Agro Industri, Kehutanan, Kertas, Percetakan, dan Penerbitan, Agus Pakpahan, kepada ANTARA, di Jakarta, Jumat.

Menurut Agus, pengambilalihan saham Bank Agroniaga diharapkan menambah kapasitas penyaluran kredit BRI ke sektor pertanian dan perkebunan.

"Sesuai dengan segmennya, Bank Agroniaga dapat dijadikan sebagai perpanjangan tangan BRI memfasilitasi pembiayaan perkebunan rakyat," kata Agus.

Dari sisi bisnis inti, diutarakan Agus, BRI sudah sejak lama menjadi pelopor menggeluti pendanaan kredit mikro, sehingga jika memadukannya dengan Bank Agroniaga maka diharapkan menopang pertumbuhan ekonomi di pertanian.

Ia menambahkan, dirinya mendapat informasi bahwa BRI sudah menuntaskan kajian termasuk menyiapkan dana untuk mengakuisisi Bank Agroniaga.

Akan tetapi Agus tidak merinci detil berapa besar jumlah saham Bank Agroniaga yang akan dibeli.

"Saya belum tahu, tetapi diserahkan kepada pemegang saham. BRI adalah perusaahaan terbuka, sehingga harus diputuskan melalui mekanisme RUPS (rapat umum pemegang saham)," katanya.

Saat ini kata Agus, saham Bank Agroniaga 100 persen dimiliki Dana Pensiun Perkebunan (Dapenbun) PT Perkebunan Nusantara (PTPN).

Pada 2010 laba bersih Bank Agroniaga ditargetkan minimal Rp20 miliar, meningkat 124,71 persen dari tahun 2009 sebesar Rp 8,9 miliar.

Agus menambahkan, kinerja keuangan Bank Agroniaga sesungguhnya tidak terlalu buruk, namun akan lebih optimal jika bank itu menjadi bagian dari BRI.

"Saya tidak tahu, berapa besar saham yang akan diambilalih BRI, termasuk nilai akuisisinya," ujarnya.

Selain BRI, sejumlah investor asing juga ingin mengambilalih saham Bank Agroniaga.

"Ya...Saya dengar begitu, tapi kalau kita (BRI) bisa ambli kan lebih bagus. Kenapa harus asing," katanya.

Sementara itu Pemilik PT Bank Agroniaga Tbk membantah rencana penjualan saham bank itu kepada PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk masih berjalan alot. Harga penawaran sudah disepakati, yakni Rp110 per saham.

Sejumlah pihak lainnya dilibatkan dalam proses ini, BRI dibantu oleh PT Bahana Securities, sedangkan Bank Agroniaga menggunakan jasa konsultasi PT OSK Nusadana Securities Indonesia.

Sebuah sumber yang mengetahui proses negosiasi akuisisi saham Bank Agro itu sebelumnya membantah jika ada pihak yang menyatakan alotnya proses penjualan saham Bank Agro itu terkait pada urusan harga atau nilai penawaran.

"Itu tak benar, pihak BRI sudah sangat tahu tak ada lagi perbedaan pandangan soal penawaran harga. Angka itu sudah disepakati," tegas salah satu pengurus Dapenbun yang enggan disebut namanya.

Dijelaskannya, jika pun masih ada ganjalan dalam proses itu, persoalannya di sekitar tidak sepakatnya kedua belah dalam aspek retensi yang dikehendaki BRI. BRI meminta agar 10 persen dari nilai total akuisisi ditahan sebagai retensi sebagai dana cadangan guna mengantisipasi persoalan hukum paska penjualan yang menjadi risiko BRI.

BRI meminta sampai enam tahun. Ini kami pandang terlalu panjang, kami akan rugi dari penahanan yang 10% nilai total penjualan itu," kata sumber itu, seraya mengatakan, BRI bukan satu-satunya penawar yang mengincar Bank Agro.

Corporate Secretary BRI Mohammad Ali membenarkan pihaknya dengan Bank Agro pekan lalu terus mengadakan perundingan dengan Dapenbun. Namun, keputusan mengenai harga saat ini masih dilakukan negosiasi.

Sedangkan Corporate Secretary Bank Agro Hirawan Nur Kustono telah pula membenarkan masih berjalannya proses negosiasi tersebut. Terkait persoalan kualitas kredit dalam negosiasi itu, menurut dia, perseroan sejauh ini sudah transparan memberikan data saat BRI melakukan uji tuntas (due diligence).

"Tidak perlu ada kekhawatiran yang berlebih mengenai kondisi keuangan Bank Agro. Semua telah kami ungkapkan, kami transparan sekali buka semua. Kekhawatiran itu tidak signifikan tak ada potensi itu. Kalau [kualitas kredit] jatuh saya rasa tidak juga. Kami ungkapkan semua," katanya.
(L.R017*J008/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010