Purwakarta (ANTARA News) - Tinggi muka air (TMA) Waduk Jatiluhur terus mengalami penurunan yang cukup tajam sejak beberapa hari terakhir, menyusul berkurangnya curah hujan di Bandung dan sekitarnya sejak beberapa hari terakhir.

Direktur Utama Perusahaan Jasa Tirta (PJT) II Jatiluhur, Djendam Gurusinga, mengatakan, TMA Waduk Jatiluhur pada Senin pukul 15.00 WIB mencapai 107,93 meter dari permukaan laut (mdpl) atau menurun dibandingkan pada pukul 12.00 WIB yang mencapai 107,96 mdpl.

TMA Waduk Jatiluhur itu mengalami penurunan yang cukup tajam dibandingkan dengan Minggu (28/3) pukul 13.00 WIB, yang mencapai 108,02 mdpl. Sedangkan beberapa hari sebelumnya, TMA Waduk Jatiluhur sempat mencapai puncak tertinggi, 108,41 mdpl.

"Selama curah hujan di Bandung dan sekitarnya tidak terlalu tinggi, maka akan terjadi penurunan TMA Waduk Jatiluhur," kata Djendam, saat dihubungi melalui telepon selulernya, Senin.

Sementara itu, mengenai banjir di Karawang yang terjadi lebih dari sepekan, Djendam mengatakan hal tersebut bukan murni akibat pihak PJT II Jatiluhur, sebagai pengelola Waduk Jatiluhur.

Menurut dia, debit air sungai Citarum di Karawang saat terjadinya banjir Karawang mencapai 1.200 meter kubik per detik, sedangkan air yang dilepaskan PJT II mencapai 600 meter kubik per detik. Sehingga terjadi peningkatan air karena tingginya debit air di sungai Cikao, Cibeet, dan sungai Citarum.

"Selain akibat tingginya TMA di Waduk Jatiluhur, banjir Karawang juga akibat tingginya debit air di dua sungai, yakni sungai Cikao dan Cibeet," katanya.

Tingginya debit air di sungai Cikao dan Cibeet itu sendiri disebabkan oleh tingginya curah hujan di Purwakarta, Bogor, dan sekitarnya. Sedangkan pasokan air yang mempengaruhi TMA Waduk Jatiluhur tergantung dengan kondisi di Waduk Cirata. (MAK/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010