Jakarta (ANTARA News) - Migrain diduga berkaitan dengan siksaan fisik pada masa anak-anak meskipun belum dapat dipastikan bahwa siksaan fisik pada masa anak-anak menjadi penyebab migrain pada masa dewasa.

Migrain adalah nyeri kepala berdenyut yang sering disertai mual dan muntah. Penderita biasanya sensitif terhadap cahaya, suara, bahkan bau-bauan.

Sakit kepala jenis ini sering hanya menyerang satu sisi kepala, kadang-kadang berpindah ke sisi sebelahnya, tetapi juga dapat menyerang kedua sisi kepala sekaligus.

Dua penelitian yang dilakukan di Kanada dan Taiwan baru-baru ini menunjukkan bahwa migrain memiliki kaitan dengan siksaan fisik pada anak-anak.

Hasil kedua penelitian yang dimuat dalam jurnal Headache itu menunjukkan hubungan antara siksaan fisik pada masa anak-anak dengan migrain, tetapi tidak membuktikan bahwa siksaan itu menyebabkan migrain untuk sejumlah orang.

Sejumlah peneliti Kanada menemukan bahwa migrain dua kali lebih sering terjadi pada orang dewasa yang mengalami siksaan fisik pada masa anak-anak, dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami hal itu.

Pemimpin penelitian di Kanada itu, Dr. Esme Fuller-Thomson, dari University of Toronto, dan koleganya, mendasarkan penemuan mereka pada data hasil survei kesehatan Kanada pada 2005. Dari 13.000 responden dalam studi itu, 7 persennya mengatakan mereka mengalami siksaan fisik masa anak-anak.

Sebanyak 18 persen dari orang dewasa yang mengalami siksaan pada masa anak-anak didiagnosa menderita migrain, dibandingkan dengan 9 persen responden yang tidak mengalami siksaan fisik pada masa anak-anak.

Para peneliti itu kemudian mengamati sejumlah faktor yang dapat menyebabkan kaitan antara kekerasan dan migrain, termasuk "kondisi masa anak-anak yang buruk", seperti orang tua yang menganggur, pemabuk dan menggunakan obat terlarang serta pendapatan dan tingkat pendidikan, gaya hidup, tingkat stress dan masalah kesehatan fisik dan mental responden sendiri.

Banyak dari faktor itu berkaitan dengan risiko migrain pada masa dewasa dan membantu menjelaskan sejumlah kaitan antara siksaan fisik dengan migrain,

Dalam penelitian di Taiwan yang dipimpin Dr. Jong-Ling Fuh, dari Taipei Veterans General Hospital, para peneliti mengevaluasi gejala sakit kepala dan sejarah siksaan pada hampir 4.000 anak berusia 13 hingga 15 tahun.

Berdasarkan kuisioner standar, para peneliti itu mendiagnosa 23 persen dari para remaja itu menderita migrain atau "kemungkinan" migrain. Sementara 24 persen dari remaja itu mengatakan mereka pernah dipukul oleh salah seorang anggota keluarga.

Para peneliti menemukan bahwa 30 persen remaja yang melaporkan kekerasan mengalami gejala migrain, dibandingkan dengan 21 persen remaja tanpa kekerasan.

Sakit kepala itu didiagnosa pada 28 persen remaja yang mengatakan mereka "jarang" dipukul dan 38 persen dari mereka yang mengatakan mereka "kadang-kadang atau sering mengalami kekerasan".

Fuller-Thomson menyatakan bahwa kekerasan fisik "hanya satu dari banyak faktor" yang mungkin berkaitan dengan risiko migrain. "Saya tidak ingin orang dengan sejarah kekerasan berpikir bahwa mereka pasti menderita migrain," katanya.

Namun, pada masa depan penting untuk mencoba mengungkap alasan bagi kaitan antara kekerasan fisik dengan migrain, kata Fuller-Thomson. "Jika kami tahu mekanisme itu, mungkin dapat dilakukan tindakan," katanya.

Jenis migrain
Migrain sering sulit dibedakan dengan sakit kepala jenis lain. Sakit kepala akibat gangguan pada sinus atau ketegangan otot leher mempunyai gejala yang hampir sama dengan gejala migrain.

Migrain dapat timbul bersama penyakit lain misalnya asma dan depresi. Penyakit yang sangat berat, misalnya tumor atau infeksi, juga dapat menimbulkan gejala mirip migrain. Namun kejadian ini sangat jarang.

Migrain dibagi dalam dua golongon besar yaitu migrain biasa atau migrain tanpa aura. Kebanyakan penderita migrain masuk ke dalam jenis ini.

Migrain biasa ditandai dengan nyeri kepala berdenyut di salah satu sisi dengan intensitas yang sedang sampai berat dan semakin parah pada saat melakukan aktivitas.

Migrain ini juga disertai mual, muntah, sensitif terhadap cahaya, suara, dan bau. Sakit kepala akan sembuh dalam 4 sampai 72 jam, sekalipun tidak diobati.

Migrain Klasik atau migrain dengan aura biasanya didahului oleh suatu gejala yang dinamakan aura, yang terjadi dalam 30 menit sebelum timbul migrain. Migrain klasik merupakan 30 persen dari semua migrain.
(N002/B010)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010