Kota Gaza, (ANTARA News) - Kelompok-kelompok pejuang Palestina mengumumkan gencatan senjata sepekan Minggu setelah Israel menghentikan ofensif besar-besaran di Jalur Gaza, kata sejumlah pejabat.

Setelah tembak-menembak dan serangan udara menodai gencatan senjata sepihak Israel yang diakui Perdana Menteri Ehud Olmert sebagai "rapuh", gerakan Islamis HAMAS yang menguasai Jalur Gaza dan kelompok--kelompok bersenjata lain menyatakan mereka akan menghentikan serangan selama tujuh hari mendatang untuk memberi Israel kesempatan menarik diri dari wilayah tersebut.

"Kami dalam gerakan-gerakan perlawanan Palestina mengumumkan gencatan senjata di Jalur Gaza dan menuntut pasukan musuh ditarik dalam waktu sepekan dan membuka semua lintasan perbatasan agar bantuan kemanusiaan dan barang kebutuhan pokok bisa masuk," kata Mussa Abu Marzuk, wakil kepala politbiro HAMAS, di Damaskus.

Dawud Shihab, seorang jurubicara di Gaza untuk Jihad Islam, sebuah kelompok bersenjata yang lebih kecil, mengatakan, gencatan senjata itu akan memberikan peluang kepada negara-negara Arab untuk menekan Israel agar menarik semua pasukannya dari Gaza.

"Selama periode ini, kelompok perlawanan siap menanggapi segala upaya yang dilakukan Mesir, Turki, Suriah dan Arab yang akan memungkinkan penarikan penuh pasukan Israel dan pembukaan seluruh lintasan perbatasan," katanya kepada AFP.

Sementara itu, sebuah pertemuan puncak para pemimpin Eropa dan Arab yang bertujuan mencapai gencatan senjata dimulai di kota pesisir Mesir, Sharm el-Sheikh.

Di Kairo, para pejabat mengadakan perundingan dengan HAMAS dalam upaya mengkonsolidasikan gencatan senjata.

Sabtu larut malam, Olmert menyatakan, ia telah memerintahkan diakhirinya operasi-operasi ofensif di Gaza setelah pertempuran 22 hari namun mengatakan bahwa pasukan Israel tetap berada di wilayah itu dan akan balas menembak jika mereka diserang.

Setelah gencatan senjata sepihak Israel itu diberlakukan pukul 02.00 waktu setempat (pukul 07.00 WIB), Gaza melewati malam bebas bom pertama dalam waktu tiga pekan ini, namun segera ada tanda-tanda bahwa gencatan senjata itu akan dilanggar.

Ketika gerilyawan menembakkan roket dan Israel melancarkan serangan udara balasan, pasukan menembak mati seorang anak perempuan berusia delapan tahun di kota Beit Hanun dan seorang pria 20 tahun di dekat Khan Yunis di wilayah utara, kata petugas medis.

Serangan-serangan mematikan Israel selama tiga pekan menewaskan lebih dari 1.100 warga Palestina dan mencederai 5.000 orang di Gaza.
Kekerasan Israel-HAMAS meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember.

Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran sejak 27 Desember dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.

Kelompok HAMAS menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai HAMAS dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan HAMAS ke dalam daftar organisasi teroris.

Ehud Olmert yang akan mengakhiri tugas sebagai PM Israel telah memperingatkan mengenai konfrontasi yang akan segera terjadi dengan HAMAS meski gencatan senjata yang ditengahi Mesir diberlakukan pada 19 Juni.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009