Ambon (ANTARA News) - Pelaksanaan prosesi "Jalan Salib" Oikumene yang digelar pemuda Kristiani dengan melewati sejumlah ruas jalan di Kota Ambon, Sabtu, menyedot perhatian ribuan warga di ibu kota provinsi Maluku itu.

Prosesi Jalan Salib yang mengambarkan kesengsaraan Yesus Kristus hingga wafat di Bukit Golgota itu, dibuka Sekretaris Daerah (Sekda) Maluku, Ros Fa-Far di halaman Kathedral Santo Fransiscus Xaverius di Jalan Pattimura Ambon.

Prosesi Jalan Salib dihadiri Ketua Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) John Ruhulesin, Uskup Diosis Amboina, Mgr. PC. Mandagie, Wali Kota Ambon, Jopi Papilaja serta ribuan umat Kristiani dari berbagai denominasi gereja di Ambon dan sekitarnya.

Prosesi jalan salib dimulai dengan cerita Yesus bersama 12 orang muridnya berdoa di Taman Getsemani sebelum ia ditangkap oleh tentara Romawi untuk dihukum mati di tiang kayu Salib.

Drama kesengsaraan dan penyaliban Yesus Kristus dilakukan di sepanjang ruas jalan di Kota Ambon yang dilewati di antaranya dimulai dari halaman Kathedral Santo Fransiscus Xaverius di Jalan Pattimura, menuju ruas jalan Achmad Yanny, Jaan Paays, said Perintah, A.M. sangadji, Anthony Reebok, Said Perintah dan berakhir dengan drama penyaliban penyaliban Yesus Kristus yang dipusatkan di Lapangan Merdeka Ambon.

Pada sejumlah ruas jalan itu, para peserta yang mengikuti prosesi jalan salib sempat berhenti di setiap gereja yang dilalui dan disambut umat Kristiani yang telah menanti di situ untuk melakukan beberapa sesi kesengsaraan Yesus Kristus seperti yang tertulis dalam Alkitab.

Di sepanjang ruas jalan yang dilalui, ribuan warga turut menyaksikan prosesi jalan salib yang dilakonkan para pemuda Kristiani, bahkan banyak warga yang meneteskan air mata, saat menyaksikan tokoh yang berperan sebagai Yesus Kristus yang sedang memikul kayu salib dicambuk oleh tentara romawi.

Sekda Maluku Ros Far-Far menegaskan, prosesi Jalan Salib tidak sekedar untuk memperingati peristiwa kesengsaraan hingga kematian Yesus Kristus untuk menebus dosa umat manusia, tetapi maknanya harus diimplementasi (diterapkan) dalam kehidupan setiap hari.

"Umat Kristiani harus meneladani cara hidup Yesus Kristus yang mengasihi sesama tanpa pamrih, bahkan rela mati untuk menebus dosa orang lain. Sikap ini yang perlu diteladani dan diimplementasikan dalam kehidupan setiap hari," katanya.

Umat Kristiani, katanya, harus berani bersikap tegas untuk mengatakan hal yang benar dan salah serta memberlakukan sikap saling mengasihi tanpa memandang perbedaan, agama maupun ras dan antargolongan, sehingga terbentuk rasa persaudaraan dan kekeluargaan yang hakiki antarumat manusia di Maluku.

"Mari kita wujudkan Maluku sebagai daerah yang cinta damai dan menjunjung tinggi persaudaraan dan kekeluargaan, sehingga menjadi pelajaran dan contoh bagi masyarakat lainnya di Indonesia bahkan di dunia," katanya.

Dia berharap, situasi dan kondisi keamanan di Maluku yang semakin kondusif dan aman dapat terus ditingkatkan, sehingga menunjang berbagai program pembangunan yang akan dilaksanakan, termasuk suksesnya penyelenggaraan event pelayaran internasional Sail Banda 2010 yang akan berlangsung Juli-Agustus mendatang.

"Semua komponen tidak terkecuali umat Kristiani harus bersatu padu menjaga dan memelihara situasi semakin kondusif ini, sehingga kegiatan Sail Banda dapat berlangsung sukses, mengingat dampaknya untuk mengembalikan citra Maluku sebagai daerah yang layak dikunjungi wisatawan maupun untuk investasi skala besar di masa mendatang," ujar Far-Far.
(T.KR-JA/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010