Peshawar, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Gerilyawan muslim yang bersenjatakan senapan, granat dan bom mobil bunuh diri menyerang konsulat AS di ibukota wilayah baratlaut Pakistan dan pawai politik, menewaskan 46 orang, Senin.

Serangan-serangan yang dilakukan dalam rangkaian cepat itu termasuk yang paling mematikan pada tahun ini di Pakistan, dimana keadaan tidak aman telah menambah kekhawatiran di AS ketika Washington meningkatkan upaya-upaya untuk menang dalam perang di Afghanistan dan menumpas Al-Qaeda.

Taliban Pakistan mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap konsulat AS itu dan menyebutnya sebagai pembalasan atas serangan-serangan pesawat tak berawak AS terhadap gerilyawan utama di daerah-daerah perbatasan Pakistan dengan Afghanistan, dan mengancam melancarkan serangan lebih lanjut terhadap warga AS.

Militan yang bersenjata berat berhasil mendekati misi AS, yang menggarisbawahi potensi ancaman, meski ofensif Pakistan dan serangan pesawat tak berawak AS dipusatkan pada komandan-komandan Taliban dan Al-Qaeda.

Lima aparat keamanan tewas ketika sedikitnya delapan militan yang bersenjata senapan, granat dan dua bom mobil menyerang konsulat AS yang dijaga ketat di Peshawar, sebuah kota berpenduduk 2,5 juta orang di daerah pinggiran kawasan suku Pakistan.

AS mengutuk serangan itu dan mengungkapkan "kekhawatiran besar" dengan mengatakan, sedikitnya dua penjaga keamanan Pakistan yang dipekerjakan oleh konsulat itu tewas dan beberapa lain terluka parah, namun tidak ada orang AS yang tewas.

Polisi mengatakan, dua bom mobil meledak di sebuah pos pemeriksaan sekitar 50 meter dari misi itu dan di dekat pintu gerbang konsulat tersebut, yang disusul dengan tembak-menembak.

Menteri Penerangan Provinsi Perbatasan Baratlaut Mian Iftikhar Hussain mengatakan kepada wartawan, lima aparat keamanan dan enam militan tewas.

Juga Senin, seorang pelaku bom bunuh diri menyerang pawai politik di distrik Lower Dir, dimana Pakistan mengobarkan ofensif terhadap gerilyawan Taliban tahun lalu sebelum mengalihkan operasinya ke kawasan suku.

Seorang pejabat kepolisian mengatakan, 41 orang tewas dan 82 lain cedera dalam serangan bom mobil bunuh diri itu.

Peshawar terletak di pinggir kawasan suku Pakistan yang disebut-sebut AS sebagai markas global Al-Qaeda.

Lebih dari 3.200 orang tewas dalam serangan-serangan bunuh diri dan pemboman di Pakistan dalam tiga tahun ini. Kekerasan itu dituduhkan pada militan muslim yang menentang persekutuan pemerintah dengan AS.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.

Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.

Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.

Beberapa analis juga telah memperingatkan bahwa Taliban dan sekutu mereka akan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan di Bajaur dan kawasan suku lain lagi untuk mengalihkan fokus perhatian dari Waziristan Selatan.

Pasukan keamanan melakukan operasi besar-besaran terhadap militan muslim di Mohmand dan Bajaur pada Agustus 2008. Pada Februari 2009, militer menyatakan bahwa Bajaur bersih setelah pertempuran sengit berbulan-bulan, namun kerusuhan terus berlangsung.

Menurut militer, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus 2008, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.

Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010