Ramallah, Tepi Barat (ANTARA News) - Amerika Serikat tampaknya akan membentur kebuntuan dalam upayanya menghidupkan kembali pembicaraan perdamaian Timur Tengah, kata seorang pejabat senior Palestina, Selasa.

Pejabat itu juga mendesak Israel agar menghentikan pembangunan permukiman di tanah Palestina yang diduduki oleh Israel untuk memberi diplomasi AS peluang agar berhasil.

Pemerintah Otonomi Palestina, yang berpusat di Tepi Barat Sungai Jordan, telah menuntut penghentian total pembangunan permukiman Israel di Jerusalem Timur dan Tepi Barat sebelum dilanjutkannya perundingan yang macet sejak Desember 2008.

Pemimpin perunding Palestina, Saeb Erakat mengatakan Palestina ingin AS menjamin bahwa Israel takkan mengeluarkan tender lain untuk membangun rumah di tanah tempat rakyat Palestina bermaksud mendirikan negara, termasuk Jerusalem Timur.

Israel juga harus membatalkan rencana yang diumumkan bulan lalu bagi pembangunan lain permukiman di beberapa bagian Jerusalem yang didudukinya, bersama Tepi Barat dalam perang 1967, kata Erakat.

"Inilah yang kami harapkan. Tetapi tampaknya semua konsultasi yang telah berlangsung dengan pemerintah Israel dan Amerika serta negara lain telah menghadapi kebuntuan dengan posisi Israel, yang berkeras melanjutkan pembangunan permukiman," kata Erakat kepada radio Voice of Palestine.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas bertemu dengan Konsul Jenderal AS Daniel Rubinstein, Senin, tambah Erakat.

Erakat mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu harus memilih antara pembangunan permukiman atau perdamaian.

"Jika Netanyahu menanggapi tuntutan bagi penghentian permukiman, itu akan berarti memberi masyarakat internasional dan Amerika Serikat kesempatan yang layak mereka terima guna berusaha menciptakan perdamaian," katanya.

Netanyahu, yang bertemu Presiden AS Barack Obama di Washington pada Maret, belum menanggapi secara resmi tuntutan AS agar melakukan tindakan membangun kepercayaan guna berusaha membujuk Palestina kembali ke pembicaraan perdamaian.

Sementara itu surat kabar Israel Ha`aretz, pekan lalu melaporkan Presiden AS Barack Obama ingin Israel membekukan pembangunan permukiman di Jerusalem Timur selama empat bulan dengan harapan tindakan itu akan membawa kembali Palestina ke perundingan penuh.

Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman, yang mempertegas perpecahan mengenai Jerusalem, mengatakan Israel takkan setuju membekukan pembangunan di mana pun di kota tersebut.

"Tidak di bagian barat kota dan tidak di bagian timur kota itu, baik buat orang Yahudi maupun buat orang Arab," kata Lieberman, pemimpin partai sayap kanan-jauh, Yisrael Beitenu, kepada Radio Israel.

Dengan alasan hubungan sejarah dan kitab suci, Israel menganggap semua wilayah Jerusalem sebagai ibu kotanya, klaim yang tak diakui masyarakat internasional. Palestina ingin menjadikan Jerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.

Permukiman Israel di Tepi Barat dan Jerusalem Timur telah berkembang secara tetap sejak awal proses perdamaian pada awal 1990-an. Palestina mengatakan permukiman itu, yang dipandang tidak sah oleh negara besar utama di dunia, akan menghalangi berdirinya negara Palestina.

Reuters/C003/A011

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010