Sanur (ANTARA News) - Banyak daerah tetap menginginkan "trah Soekarno" eksis di jajaran elite PDI Perjuangan, guna menjadi light star (bintang pengayom) ideologi yang menerangi perjalanan serta pergerakan politik partai membela kepentingan rakyat, NKRI, Pancasila 1 Juni 1945 serta Bhineka Tunggal Ika.

Pendapat itu antara lain mencuat melalui Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI Perjuangan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Frans Lebu Raya atas nama beberapa daerah dalam suatu bincang-bincang khusus dengan ANTARA di lokasi Kongres Ke-3 PDI Perjuangan di Hotel Inna Grand Bali Beach Sanur, Bali, Rabu.

"Kami semua, terutama dari kawasan timur Indonesia (KTI), apalagi yang di Jawa sepakat dengan itu, karena partai ini harus benar-benar mengedepankan pergerakan politik rakyat yang berbasis ideologi, dan ini mesti ada para bintang pembimbing ideologinya, yaitu dari kalangan `trah Soekarno` itu," tandasnya.

Frans Lebu Raya yang juga Gubernur Provinsi NTT ini juga berpendapat, hal itu amat dibutuhkan dalam proses transisi lima tahun ke depan, saat munculnya generasi baru di tampuk kepemimpinan partai maupun bangsa ini.

Pendapat serupa diutarakan Ketua DPD PDI Perjuangan Sulawesi Utara, Freedy Sualang, kendati juga menghendaki adanya sikap yang lebih realistis untuk tidak mutlak-mutlakan partai ini begitu tergantung kepada "trah Soekarno".

"Menjadikan `trah Soekarno` sebagai bintang pembimbing ideologis terutama di era transisi sekarang, itu penting. Tetapi penting juga partai segera memasukkan unsur-unsur merit system dalam kaderisasi kepemiminan, agar partai ini benar-benar siap maju menjadi partai modern yang diandalkan mengemban tugas-tugas kerakyatan dan kebangsaan di zaman yang terus berkembang," katanya.

Wakil Gubernur Sulut ini pun mengharapkan agar kemantapan ideologi berpadu dengan kepemimpinan partai yang terbuka dengan unsur-unsur manajemen organisasi modern.

"Sehingga, semakin berjayalah partai ini sebagai salah satu benteng ideologi bangsa terkuat, menghadapi arus percaturan global dengan aura neoliberalisme, neo kolonialisme-imperialisme (Nekolim)," tandas Freddy Sualang. 
(M036/B010)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010