Jambi (ANTARA News) - Sebuah sekolah dasar, yakni SDN 203/VIII Sungai Tilan, Kecamatan Tebo Tengah, Jambi, terpaksa diliburkan sejak Desember 2009, akibat banjir yang melanda daerah tersebut.

Kepala SDN 203 Desa Sungai Tilan Nizarnis, saat dihubungi dari Muaratebo, Ibu Kota Kabupaten Tebo, Kamis, mengatakan, akibat banjir di daerahnya itu, seluruh bangunan SD terendam air.

Banjir di daerah tersebut setinggi 50 sampai 60 centimeter sehingga sekolah tidak mungkin mengadakan kegiatan belajar mengajar, kerena seluruh bangunan sekolah terendam banjir.

"Meski guru tetap masuk, siswa tetap kami liburkan mengingat kondisi sekolah yang terendam banjir sangat tidak memungkinkan dan berbahaya jika siswa tetap masuk sekolah," ujar Nizarnis.

Menurut dia, banjir mulai muncul pertengahan bulan Desember 2009 saat itu hujan sangat sering turun di desa tersebut. Kondisi daerah yang landai mengakibatkan banjir mudah menggenangi kawasan yang memang menjadi langganan banjir.

Apalagi, lokasi SD di desa tersebut juga berada tidak jauh dari aliran Sungai Batang Tebo yang merupakan anak sungai Batanghari.

Akibat banjir tersebut, kegiatan belajar mengajar di sekolah menjadi tidak normal. Ketika banjir sedikit surut, pihak sekolah memperbolehkan siswa untuk belajar, namun di kala hujan lebat dan air meluap siswa kembali diliburkan.

Ia juga sangat mengkhawatirkan kondisi siswa terkait persiapan menghadapi ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN) yang sebentar lagi tiba.

Terkait hal itu, Nizarnis mengaku, telah melayangkan surat kepada dinas pendidikan Tebo guna mencarikan solusi terhadap masalah tersebut.

Ia berharap kegiatan belajar bisa tetap normal, bahkan beberapa siswa dan wali murid mengusulkan agar kegiatan belajar dan mengajar untuk sementara bisa dialihkan di lokasi yang aman dari banjir, namun lokasinya tidak jauh dari desa tersebut.

"Hingga kini banjir masih menggenangi bangunan sekolah. Untuk itu banyak wali murid mengusulkan agar kegiatan sekolah untuk sementara dipindah di lokasi yang lebih aman," ujarnya.

Selain menyebabkan kegiatan belajar mengajar tidak normal, banjir di desa tersebut juga mengakibatkan perlengkapan di sekolah hanyut dan rusak.

Kondisi tersebut sangat merugikan sekolah, sebab tidak hanya kursi maupun meja belajar, banyak buku dan almari maupun peralatan sekolah lainnya terendam dalam jangka waktu yang lama sehingga rusak dan tidak bisa digunakan lagi, katanya.

"Hingga kini sekolah masih diliburkan karena ketinggian banjir masih setinggi dada orang dewasa. Orang tua siswa khawatir melepas anaknya untuk tetap bersekolah," tambah Nizarnis.
(BS/B010)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010