Bishkek (ANTARA News) - Kelompok oposisi Kirgistan, Rabu, mengumumkan telah mengambil alih pemerintahan di negara Asia Tengah itu, setelah unjuk rasa yang diwarnai kekerasan memaksa Presiden Kurmanbek Bakiyev meninggalkan ibukota Bishkek.

Berikut ini pertanyaan dan jawaban mengenai apa yang terjadi di Kirgistan.

Mengapa Kerusuhan itu Mengkhawatirkan?

Kirgistan yang terletak di jantung Asia Tengah adalah titik pangkal kampanye Barat dalam membendung penyebaran militansi muslim dari Afghanistan.

Amerika Serikat menyewa pangkalan udara di Kirgistan, yang digunakannya untuk mendukung perang melawan Taliban di dekat Afghanistan. Rusia juga memiliki pangkalan udara di negara itu.

Pergantian pemimpin di Bishkek bisa menyulitkan perjanjian mengenai pangkalan itu di mana tahun lalu, Kirgistan meminta AS menutup pangkalan udara Manas, tetapi kemudian memperkenankan AS mempertahankannya dengan biaya sewa yang lebih tinggi.

Baik AS maupun Rusia mengungkapkan keprihatinan mereka mengenai apa yang mereka sebut dengan meningkatnya militansi Islam di Asia Tengah.

Kirgistan berbagi lembah Fergana yang subur dengan Uzbekistan dan Tajikistan, dan menjadi target serangan lintas batas dari gerilyawan Islam pada 1999 dan 2000.

Kekuatan asing ketakutan jika kekerasan yang merembet ke seluruh Kirgistan yang berbatasan dengan China, Kazakhstan, Uzbekistan dan Tajikistan akan mempengaruhi secara tidak terduga terhadap seluruh kawasan.

Kirgistan tidak memiliki selembar pun obligasi Eurobond, namun nilai tukar mata uang som saat ini berada di tingkat terendah dalam tujuh tahun terakhir, pada kira-kira 45 per dolar.

Apa pemicunya?

Bakiyev, mantan pemimpin oposisi, berkuasa setelah menggulingkan presiden pertama Kirgistan sejak berpisah dari Uni Soviet, Askar Akayev dalam "Revolusi Tulip" tahun 2005.

Sejak itu dia dituduh oleh kelompok oposisi telah mengencangkan cengkeraman kekuasaannya, memenjarakan lawan politik dan gagal memberantas korupsi.

"Setelah Revolusi Tulip pada 2005, harapannya adalah setelah pasca Akayev, Kurmanbek Bakiyev akan menjadi pemimpin yang berbeda dan itu tidak terjadi," kata Reinhard Krumm, Direktur Freidrich-Ebert Foundation lembaga riset dan pemecahan masalah di Moskow.

Bakiyev memenangi masa kedua pemerintahannnya dengan kemenangan cukup telak pada Juli tahun lalu, tetapi pengamat dari negara-negara Barat mengkritik pemilu itu.

Bakiyev berada dalam bahaya karena gagal memperbaiki nasib negara berpenduduk 5.3 juta yang sepertiga diantaranya hidup dibawah garis kemiskinan itu. Rata-rata pendapatan perbulan penduduk negeri itu kira-kira 130 dolar AS dan ketidakpuasan memuncak setelah harga barang-barang naik.

Perekonomian Kirgistan yang bernilai 4,7 milyar juga terpukul hebat oleh menurunnya jumlah kiriman luar negerinya, yuang menjacapi hampir 30 persen dari produk domestik bruto (PDB) Kirgistan pada 2008.

Pertumbuhan ekonomi melambat 2,3 persen pada 2009, setelah sempat naik 8,4 persen di tahun sebelumnya. Tetapi, perekonomian akan berkontraksi 2,9 persen tanpa sumbangan pertambangan emas Kumtor, yang dioperasikan oleh Centerra Gold Inc.

Pertambangan uranium Kanada Cameco Corp, mantan perusahaan induk Centerra, melepas sahamnya tahun lalu dalam satu kesepakatan yang memperliatkan pemerintah Kirgistan menggandakan kepemilikan sahamnya di pertambangan, yang menyumbangkan sepersepuluh PDB Kirgistan.

Juru bicara Centerra, John Pearson mengatakan Kumtor, 430 km dari Bishkek, sejauh ini tidak terpengaruh oleh kekerasan dan perusahaan memantau keadaan.

Selanjutnya apa?

Kelompok oposisi mengatakan telah merebut kekuasaan dan menuntut pengunduran diri Bakiyev. Presiden sudah meninggalkan Bishkek, tetapi keberadaannya tidak diketahui. Dia belum membuat sekalipun pernyataan publik sejak protes mulai berkecamuk.

Pemimpin kelompok oposisi Kirgistan Roza Otunbayeva berencana menjalankan pemerintahan sementara selama enam bulan, yang akan membuat konsep konstitusi baru.

Tembakan sporadis terdengar di jalanan kota Bishkek sepanjang malam, sementara kerumunan orang menjarah toko-toko. Unjuk rasa yang diwarnai kekerasan juga terjadi di kota lain, termasuk Talas dan Naryn. Analis mengatakan mereka memiliki momentum untuk terus melanjutkan aksinya.

Selanjutnya tergantung pada tanggapan Bakiyev atas krisis dan rencana kelompok oposisi menggantii pemerintahan. Reaksi negara-negara kuat seperti Rusia, AS dan China yang sebegitu jauh telah mendesak pemerintah Kirgistan mengendalikan diri, akan menjadi faktor krusial.

Alexei Vlasov, akademisi yang memiliki spesialisasi kawasan Asia Tengah pada Universitas Negeri Moskow, mengatakan secara umum para pejabat keamanan mendukung Bakiyev, artinya mereka yang tidak puas akan ditindas.

"Bakiyev sangat tergantung pada dukungan dari luar seperti dari China, Rusia dan Amerika Serikat. Jika Moskow dan Washington diam, saya rasa Bakiyev akan tetap berkuasa," kata Vlasov.

Kirgistan terbagi atas suku bangsa dan garis geografis, akan bergantung pada bagaimana Bakiyev menenangkan pemimpin berpengaruh yang memiliki kekuatan mengajak para pendukungnya turun ke jalanan.

Krumm dari Freidrich-Ebert Foundation mengatakan suku bangsa berbeda di Utara menentang Bakiyev. "Mereka semua tidak bahagia karena Bakiyev, yang datang dari Selatan, ingin membawa anak laki-lakinya ke tampuk kepemimpinan," katanya.

Semestinya Bakiyev disingkirkan dari kekuasaan, aset utama negara itu kemungkinan akan berpindah tangan.

"Jika Bakiyev mundur, redistribusi aset jauh dari lingkaran dalam kekuasaannya sangat mungkin terjadi dan susunan kepemilikan saham pemerintah di sektor-sektor kunci seperti tambang emas kemungkinan berubah lagi," demikian laporan Exclusive Analysis yang berbasis di London. (*)

Reuters/Andrian Henny Ratnasari/AR09

Oleh
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010