Jakarta (ANTARA News) - Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia, Suryo B. Sulisto. mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional dalam dua tahun bisa mencapai dua digit, bila pemerintah membuat kebijakan yang pro bisnis, mengingat Indonesia memiliki komparatif maupun kompetitif.

"Perekonomian Indonesia mampu tumbuh lebih besar dari saat ini, atau dua digit pada 2-3 tahun ke depan, setidaknya menjadi 10 persen," kata Suryo di Jakarta, Minggu, menyampaikan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Pemerintah dan Bank Indonesia tahun ini memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5,5 persen. Suryo yakin di tengah membaiknya perekonomian dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih tinggi lagi.

Namun untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan mencapai dua digit pada 2-3 tahun ke depan, pemerintah perlu membuat terobosan kebijakan yang probisnis melalui kemudahan memberikan ijin usaha dan investasi, membangun nilai tambah di dalam negeri, menghapus biaya tinggi, mendahulukan pasokan energi untuk dalam negeri, dan meningkatkan pengadaan infrastruktur.

"Pemerintah perlu menginventarisir kembali ijin-ijin apa saja yang ada di kementerian dan instansi untuk membuka kesempatan kerja, kemudian beri target terhadap penyelesaian ijin tersebut. Kalau target tersebut tidak tercapai maka perlu ada sanksi terhadap pejabat terkait," katanya.

Dengan demikian, lanjut Suryo, yang juga Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI), investor akan semakin banyak yang masuk karena mendapat kemudahan dan kepastian dalam memperoleh perizinan usaha.

Pengusaha nasional yang juga Preskom PT Bumi Resource Tbk itu juga menekankan pentingnya pemerintah membangun industri yang memberi nilai tambah, untuk meningkatkan kesejahteraan petani penghasil sumber bahan baku dari alam bagi kebutuhan industri.

"Pengembangan nilai tambah terhadap sumber daya alam tidak hanya membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani, tapi juga mendongkrak nilai ekspor secara signifikan dibanding ekspor bahan mentah," ujar Suryo, yang mencalonkan diri menjadi Ketua Umum Kadin Indonesia, menggantikan MS Hidayat yang menjadi Menteri Perindustrian.

Indonesia tahun lalu menjadi negara pengekspor ke-30 di dunia dengan ekspor sekitar 120 miliar dolar AS. Namun, diversifikasi ekspornya tidak banyak dan didominasi produk migas dan bahan mentah.

"Kalau Indonesia mengekspor barang bernilai tambah tinggi, maka peringkat Indonesia sebagai eksportir bisa meningkat signifikan," kata mantan duta besar utusan khusus Indonesia untuk benua Amerika itu.

Suryo juga menekankan kembali pentingnya pejabat Indonesia memiliki ego untuk kepentingan bangsa dalam berbagai perundingan dagang termasuk dalam perjanjian perdagangan bebas, agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar dan menghancurkan industri yang telah ada di dalam negeri.

"Egois dalam arti yang baik untuk kepentingan bangsa harus ditunjukkan dan berani membela kepentingan nasional dalam berbagai perundingan internasional," katanya.

Oleh karena itu, ia menyayangkan kegagalan perundingan kembali penurunan 228 pos tarif dalam Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA) dan hanya menghasilkan kesepakatan pembentukan kelompok kerja bersama RI-China untuk mengatasi dampak perjanjian itu.

"Bagaimana bisa kita mengandalkan negara pesaing untuk meningkatkan daya saing Indonesia. Daya saing harus kita yang mengupayakan," ujar Suryo.
(T.R016/S004/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010